Jakarta, CNN Indonesia --
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan nasib ekonomi Indonesia ke depan bakal sangat bergantung dengan mazhab Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa.
Luhut mengatakan wajar jika tahun pertama kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto masih banyak kekurangan. Hal tersebut, sambung Luhut, juga terjadi pada era Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi).
Namun, ia percaya diri pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap bisa dijaga di level 5,2 persen year on year (yoy).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir Menteri Keuangan (Purbaya) sudah mengatakan dengan 5,2 (persen), mudah-mudahan 5,1 persen-5,2 persen (pertumbuhan ekonomi) bisa didapat. Ini tergantung sekarang dengan mazhab Menteri Keuangan (Purbaya)," ucapnya dalam 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Optimism on 8% Economic Growth di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis (16/10).
Luhut sendiri pernah melihat langsung kerja Purbaya, di mana kala itu keduanya bersama sejak di Kantor Staf Presiden (KSP).
Luhut mengatakan Purbaya memang menaruh perhatian terhadap kondisi pasar. Oleh karena itu, sang menkeu langsung mengguyur Rp200 triliun ke lima bank BUMN.
Mantan menteri koordinator bidang maritim dan investasi ini sepakat dengan tindakan Purbaya. Menurutnya, memang selama ini gas dan rem berjalan beriringan, di mana Bank Indonesia (BI) justru malah menyerap kembali APBN yang dibelanjakan pemerintah.
Sikap pemerintah di masa lalu yang melakukan gas dan rem berbarengan, menurut Luhut, membuat M0 alias base money kering. Itu berarti uang yang beredar di masyarakat tidak ada.
"Saya lihat Menteri Keuangan yang baru (Purbaya), dia mendorong betul mazhab-nya dia ini untuk mengguyur market dengan dia taruh Rp200 triliun di perbankan. Itu saya kira langkah yang sangat bagus," tegas Luhut.
"Injeksi pemerintah Rp200 triliun yang diberikan Menteri Keuangan (Purbaya) ini sudah mulai kita lihat menunjukkan hasil. Tentu butuh waktu. Kita ini kadang-kadang seperti makan cabai, begitu digigit, pedas. Ya enggak lah, kan butuh waktu, itu suatu proses," sambungnya.
Luhut turut meminta bank-bank tidak cuma menaruh uang di bank sentral karena minim risiko. Jika itu pilihan perbankan, dirinya yang mengaku tak mengerti ekonomi pun bisa menjadi CEO bank.
"Tapi kan dia (bank) harus berani. Kalau nanti NPL (kredit macet), ya tugas kamu (bank). Tugas kamu kan dagang uang. Hal seperti ini yang perlu ditegaskan, kalau kita kerja secara tim, kita bukan bekerja sendiri," ucapnya.
Luhut menilai mazhab yang dilakukan oleh Purbaya akan membuat perputaran uang merata dan mendorong pergerakan ekonomi sampai di daerah-daerah terpencil.
"Karena uang itu berputar, tidak hanya terpusat," tandas Luhut.
(skt/sfr)