Jakarta, CNN Indonesia --
Ibu kota Nepal, Kathmandu, kembali tenang pada akhir pekan ini usai dua pekan terakhir dilanda demonstrasi besar-besaran yang menjatuhkan pemerintahan hingga parlemen berkuasa.
Kehidupan sehari-hari di Kathmandu kembali normal setelah jam malam dilonggarkan dan seorang Perdana Menteri (PM) baru Nepal, Sushila Karki (73), dilantik pada Jumat (12/9).
Karki yang merupakan mantan Ketua Mahkamah Agung (MA) itu akan menjadi perdana menteri sementara selama enam bulan. Selama masa singkat itu, perdana menteri 'pilihan Gen Z' itu bertugas untuk memulihkan ketertiban dan menangani tuntutan demonstran untuk masa depan Nepal yang bebas korupsi menjelang pemilihan umum dalam enam bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus bekerja sesuai dengan pemikiran generasi Gen Z," ujar Karki dalam pernyataan publik pertamanya sejak menjabat seperti dikutip dari AFP, Minggu (14/9).
"Yang dituntut kelompok ini adalah penghapusan korupsi, tata kelola pemerintahan yang baik, dan kesetaraan ekonomi. Dan, Anda serta saya harus bertekad untuk memenuhinya," sambung perempuan tersebut.
Dia menyatakan hal itu sebelum memulai pertemuan di kompleks pemerintahan Singha Durbar--yang sejumlah gedungnya terbakar di tengah unjuk rasa beberapa hari lalu.
Dalam kesempatannya berbicara itu, Karki juga melakukan mengheningkan cipta selama semenit untuk mengenang mereka yang tewas dalam demonstrasi besar-besaran dua pekan terakhir.
Kepala Sekretaris Pemerintahan Nepal, Eaknarayan Aryal mengatakan Setidaknya ada 72 orang tewas dan 191 terluka dalam dua hari demonstrasi besar-besaran.
Kerusuhan itu merupakan yang terburuk sejak berakhirnya perang saudara yang berlangsung selama satu dekade dan penghapusan sistem monarki pada 2008 silam.
Penunjukan Karki sebagai perdana metneri sementara itu terjadi setelah egosiasi intensif antara Panglima Militer Jenderal Ashok Raj Sigdel dan Presiden Ram Chandra Paudel, termasuk dengan perwakilan 'Gen Z' yang menjadi motor demonstrasi besar di Nepal.
Kemudian, ribuan aktivis muda telah menggunakan aplikasi Discord untuk menunjuk Karki sebagai PM sementara pilihan mereka.
"Dalam situasi yang saya hadapi ini, saya tidak ingin datang ke sini. Nama saya dibawa dari jalanan," kata Karki.
Selanjutnya, Karki harus mempersiapkan pemerintahan untuk menggelar pemilu parlemen--mencari wakil rakyat yang bersih--pada 5 Maret 2026 mendatang. Parlemen yang ada sebelumnya sudah dibubarkan imbas demo besar-besaran.
"Kami [Karki dan kabinetnya] tidak akan tinggal di sini lebih dari enam bulan dalam situasi apa pun. Kami akan menyelesaikan tanggung jawab kami, dan berjanji untuk menyerahkannya kepada parlemen dan perdana menteri berikutnya," tambahnya dalam pidato kepada rakyat Nepal tersebut.
Sebuah papan nama baru menandakan 'Kantor Perdana Menteri Nepal' dipasang di sebuah gedung dalam kompleks pemerintahan yang aman dari pembakaran.
Presiden Paudel yang melantik Karki, pada Sabtu (13/9) malam lalu mengatakan, "Solusi damai telah ditemukan melalui proses yang sulit".
Dia berharap setelah keluar dari situasi yang sulit dan gawat, negara pegunungan Himalaya yang berpenduduk 30 juta jiwa itu bisa memanfaatkan kesempatan pada pemilu enam bulan mendatang.
"Saya dengan tulus mengimbau semua orang untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya... dalam menyukseskan pemilu pada 5 Maret," ujarnya.
Sebelumnya, setelah riak-riak protes sejak dua pekan lalu, demonstrasi besar-besaran mulai terjadi pada Senin (8/9) yang dipicu arangan media sosial. Aksi demonstrasi itu dengan cepat meningkat, dengan gedung parlemen dan gedung-gedung pemerintahan utama dibakar.
Bukan hanya itu pejabat negara hingga parlemen pun menjadi sasaran, bahkan dipermalukan demonstran.
(afp/kid)