Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyebut ukuran penghargaan untuk startup bukan lagi dari status unicorn dan decacorn. Menurutnya, yang lebih penting saat ini adalah kemampuan untuk bertahan dan seberapa besar dampak yang diberikan.
"Kalau melihat catatan perjalanan penghargaan terhadap karya-karya anak bangsa, sekarang mungkin tidak lagi diukur atau indikasinya tidak lagi menjadi unicorn, decacorn, tapi justru sustainability berapa lama bertahan dan justru berapa dampak yang terlahir dari sebuah startup. Tapi sejarah Indonesia dari awal startup berdiri itu punya banyak cerita membanggakan," ujar Meutya dalam peluncuran Garuda Spark Innovation Hub di BLOCK71 Bandung, Sabtu (27/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mulai dari e-commerce, kemudian untuk travel, kemudian sekarang QRIS juga cukup mendunia dan sebagainya," tambahnya.
Unicorn dan decacorn sendiri adalah label untuk startup yang sudah mencapai nilai valuasi tertentu. Unicorn merupakan startup dengan valuasi perusahaan mencapai US$1 miliar, sedangkan decacorn memiliki valuasi US$10 miliar.
Ketika ditanya soal ekosistem startup yang sempat terdampak Startup Winter, Meutya mengakui memang jumlah startup di Indonesia mengalami penurunan, tetapi hal tersebut tidak hanya terjadi di Tanah Air.
Meski demikian, ia yakin kreativitas masyarakat Indonesia bisa kembali mendorong kebangkitan startup.
Senada, Dirjen Ekosistem Digital Edwin Hidayat Abdullah mengatakan investasi agak turun saat terjadi Startup Winter. Namun, hal tersebut tidak boleh membiarkan inovasi dari anak bangsa terhenti.
"Jadi tetap harus kita fasilitasi dengan kolaborasi berbagai pihak, pemerintah, swasta, pemerintah kota, pemerintah pusat, semua ikut termasuk universitas. Jadi kalau kita lihat ekosistem yang dibentuk ini, yang paling penting adalah tidak boleh mematikan semangat inovasi dan semangat berkreasi untuk menciptakan solusi terbaik buat bangsa ini," katanya.
"Mengenai investasi itu kan akan tumbuh sejalan dengan perkembangan inovasi dan solusi yang kita berikan. Ini yang paling penting," tambahnya.
Dalam misi tersebut, Komdigi meluncurkan Garuda Spark Innovation Hub di BLOCK71 Bandung. Meutya berharap hub ini menjadi wadah lahirnya ide-ide baru.
Innovation Hub ini menjadi ruang berkumpul, berdiskusi, dan berkolaborasi bagi pelaku startup digital. Fasilitas yang tersedia antara lain ruang rapat, ruang kelas, internet berkecepatan tinggi, serta akses jejaring dengan mentor, investor, dan komunitas teknologi.
Tak hanya di Bandung, Innovation Hub juga direncanakan untuk hadir di kota-kota lain. Nantinya, setiap hub akan memiliki fokus bidang masing-masing.
"Kita juga khususkan yang di Bandung lebih fokus kepada kecerdasan artifisial. Yang di Jakarta nanti lebih fokus kepada green technology. Yang di Medan kepada plantation untuk agriculture. Kemudian yang di BSD untuk biomedical," pungkasnya.
(lom/dmi)