Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintah mematok nilai tukar rupiah pada 2026 di kisaran Rp16.500 - Rp16.900 per dolar AS.
Target tersebut disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR, Selasa (20/5).
"Minat beli investor di pasar SBN, ditambah investasi asing langsung serta kinerja ekspor yang terus dipertahankan tetap kuat menciptakan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, di rentang Rp16.500 - Rp16.900," kata Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, suku bunga SBN Tenor 10 Tahun ditargetkan berada pada kisaran 6,6 persen - 7,2 persen didukung dengan spread yang menarik dan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi dan sektor keuangan Indonesia yang dijaga dengan baik.
Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani juga menyampaikan target harga minyak mentah Indonesia di level US$60 - $US80 per barel.
"Lifting minyak bumi 600 ribu - 605 ribu barel per hari dan lifting gas 953 - 1.017 ribu barel setara minyak per hari dengan dukungan percepatan rencana investasi, termasuk pemanfaatan teknologi tinggi untuk mendorong produktivitas," kata Sri Mulyani.
Sementara itu, angka kemiskinan ditargetkan turun ke rentang 6,5persen - 7,5 persen dari target 2025 di rentang 7 - 8 persen. Kemudian, tingkat pengangguran terbuka pada rentang 4,44 persen - 4,96 persen, lebih rendah dibandingkan target 2025 di 4,5 persen - 5,0 persen.
Kemudian, rasio gini ditargetkan terus membaik dalam rentang 0,377 - 0,380, dibandingkan target 2025 di kisaran 0,379 - 0,382. Indeks Modal Manusia (IMM) juga ditargetkan membaik ke 0,57 dari target 2025 sebesar 0,56.
"Kebijakan fiskal terus efektif mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan kesejahteraan, termasuk mewujudkan angka kemiskinan yang semakin rendah," kata Sri Mulyani.
Dari sisi inflasi, Sri Mulyani menyebut pemerintah menargetkan berada di kisaran 1,5- 3,5 persen pada 2026.
"Inflasi tetap dijaga rendah, transformasi dan reformasi ekonomi dilaksanakan secara konsisten dengan kelanjutan dan perluasan hilirisasi SDA (sumber daya alam), termasuk perbaikan iklim investasi dan peningkatan kualitas SDM (sumber daya manusia)," kata Sri Mulyani.
Ani, sapaan akrabnya, mengatakan inflasi Indonesia termasuk yang paling stabil dibandingkan negara-negara lain, termasuk pada saat menghadapi lonjakan harga pangan.
Hal tersebut terlihat dari inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2025 yang berada di level 1,95 persen (yoy), dengan inflasi inti di level 2,5 persen.
Hal tersebut katanya mencerminkan daya beli masyarakat masih dapat menopang aktivitas ekonomi.
Sementara itu, inflasi kelompok volatile food berada di level 0,64 persen dan administered price sebesar 1,25 persen. Kondisi ini didukung oleh koordinasi kebijakan pengendalian inflasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah bersama dengan Bank Indonesia.
"Ke depan, inflasi diperkirakan tetap terkendali dalam rentang sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2026, merupakan level yang ideal baik dari sisi konsumsi maupun produksi," kata Ani.
Sementara itu, pertumbuhan pertumbuhan ekonomi 2026 ditargetkan pada kisaran 5,2 persen hingga 5,8 persen. Kemudian, nilai tukar rupiah di level Rp16.500 - Rp16.900 per dolar AS.
Selanjutnya, harga minyak mentah Indonesia diperkirakan sebesar US$60 - US$80 per barel, lifting minyak bumi 600 ribu - 605 ribu barel per hari, dan lifting gas 953 - 1.017 ribu barel setara minyak per hari.
"Dengan berbagai latar belakang tersebut, kebijakan fiskal terus efektif mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan
kesejahteraan, termasuk mewujudkan angka kemiskinan yang semakin rendah," katanya.
(fby/agt)