Jakarta, CNN Indonesia --
Ketika di pesawat, khususnya saat duduk di dekat jendela, penumpang ternyata berisiko terkena bahaya radiasi ultraviolet hingga kanker kulit.
Penyebabnya tak lain karena jendela pesawat tidak sepenuhnya menahan sinar UVA yang bisa memicu peradangan kulit.
Lebih bahaya lagi, jendela pesawat juga tidak mampu menahan sinar UVB dan hal ini bisa menyebabkan kanker kulit. Sengatan sinar UVB dan UVA bisa berkontribusi terhadap kanker kulit, merusak kolagen, hingga memicu kerutan dini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jendela pesawat tidak sepenuhnya memblokir sinar UVA, yang merupakan sinar yang menembus kaca dan mempercepat penuaan. Ditambah lagi, pada ketinggian 30.000 kaki, paparan UV meningkat karena atmosfer yang lebih tipis, jadi SPF sangat penting dalam penerbangan," beber seorang dokter kulit bersertifikat, Marnie Nussbaum, seperti dilansir Travel and Leisure.
Terutama pada ketinggian tertentu, paparan radiasi lebih dari dua kali lipat. Nussbaum menambahkan, hal ini bisa dikecualikan, hanya jika semua tirai jendela pesawat ditutup sepanjang perjalanan.
Terutama bagi pelancong yang fanatik dengan kursi dekat jendela, paparan sinar UV lebih banyak dibandingkan kursi di tengah lorong karena lebih dekat dengan paparan.
"Pada ketinggian yang lebih tinggi, atmosfer yang lebih tipis dan kedekatan dengan lapisan ozon berarti paparan UV yang lebih besar," jelas Nussbaum.
Semakin sering melakukan penerbangan, semakin tinggi pula risiko kerusakan kulit akibat paparan sinar UV. Tak jarang pilot dan awak kabin mengalami melanoma karena hal ini.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya menggunakan tabir surya atau sunscreen saat penerbangan untuk melindungi diri dari radiasi ultraviolet. Menurut Nussbaum, proteksi diri dari matahari harus dijadikan kebiasaan sehari-hari yang terus diingat.
"Mengaplikasikan serum harian yang kaya antioksidan dan SPF berbasis mineral sangat penting untuk perlindungan dan pencegahan," katanya.
Selain itu, udara di kabin biasanya lebih kering dengan tingkat kelembaban di bawah 20 persen. Penting untuk memilih tabir surya yang tepat untuk melindungi diri dari sinar UV dan terhindar dari dehidrasi.
Disarankan memilih tabir surya berbahan krim dibandingkan gel, dengan kandungan formula asam hialuronat, gliserin, atau ceramide.
Minum cukup air juga salah satu upaya penting untuk memastikan tubuh tetap terhidrasi. Air yang cukup dan perawatan kulit adalah kiat Nussbaum agar terhindar dari risiko radiasi dan dehidrasi.
"Minum banyak air, oleskan serum pelembab dan krim tabir surya sebelum naik. Biasanya di pertengahan penerbangan, saya suka menyemprotkan hydrator yang menenangkan seperti asam hipoklorit dan lidah buaya. Tak lupa dengan serum bibir," terang Nussbaum.
(ana/wiw)













































