Produk Uniqlo Terancam Makin Mahal di AS Gara-gara Tarif Trump

6 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Harga pakaian Uniqlo di Amerika Serikat (AS) terancam naik mulai musim gugur hingga musim dingin 2025. Hal ini buntut dari kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump terhadap berbagai negara mitra dagang, termasuk produsen utama pakaian Uniqlo di Asia.

Perusahaan induk Uniqlo, Fast Retailing asal Jepang, menyatakan tarif baru dari AS akan berdampak besar terhadap operasional mereka di pasar Negeri Paman Sam itu. Demi mengurangi tekanan biaya, perusahaan berencana menaikkan harga produk.

"Mulai musim gugur dan musim dingin nanti, dampaknya tidak terhindarkan. Akan sulit untuk menyerap seluruh kenaikan biaya. Kami akan menaikkan harga di produk-produk yang memungkinkan, dan mempertahankan harga di produk lain," ujar Direktur Keuangan Fast Retailing Takeshi Okazaki dalam konferensi pers laporan keuangan kuartalan, Kamis (10/7), melansir Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian besar produk Uniqlo yang dijual di AS diproduksi di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Namun, kebijakan tarif baru Trump membuat strategi produksi murah di kawasan tersebut mulai goyah.

Dalam surat resminya, Trump menyebut Sri Lanka, salah satu eksportir pakaian terbesar ke AS, akan dikenakan tarif 30 persen mulai 1 Agustus.

Vietnam, kompetitor utamanya, dikenai tarif lebih rendah yakni 20 persen, tetapi pengiriman barang dari negara ketiga yang transit melalui Vietnam akan dikenai tarif lebih tinggi, yakni 40 persen.

Trump sebelumnya juga menetapkan tenggat waktu 1 Agustus 2025 untuk mulai memberlakukan tarif resiprokal atau timbal balik bagi hampir semua mitra dagang AS.

Kebijakan yang disebut-sebut tidak konsisten ini telah memicu kekhawatiran akan inflasi baru dan perlambatan ekonomi, serta menurunkan minat belanja masyarakat di AS dan pasar-pasar besar lainnya.

Untuk tahun fiskal yang berakhir Agustus ini, Fast Retailing masih mempertahankan proyeksi laba operasional sebesar 545 miliar yen atau setara Rp60,19 triliun (asumsi kurs Rp110 per yen Jepang), karena sebagian besar stok barang untuk pasar AS telah dikirim lebih awal.

"Dampak untuk tahun fiskal 2025 kemungkinan akan terbatas, apa pun tarifnya," tulis perusahaan dalam pernyataan keuangan.

Laba operasional perusahaan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Mei tercatat naik 1,4 persen menjadi 146,7 miliar yen atau Rp16,19 triliun. Angka ini berada di bawah proyeksi analis yang diperkirakan mencapai 153,8 miliar yen.

Uniqlo yang kini memiliki lebih dari 2.500 toko di seluruh dunia, awalnya hanya bermula dari satu toko kecil di Hiroshima, Jepang 40 tahun lalu. Produk unggulannya berupa fleece murah dan kaus katun kebanyakan diproduksi di China dan pusat manufaktur lain di Asia.

Namun, model bisnis ini mulai terganggu akibat kebijakan tarif tinggi yang diumumkan secara luas oleh Trump. Tekanan tambahan juga datang dari pasar China yang lesu, di mana permintaan konsumen melambat dan berdampak pada penurunan penjualan.

Perusahaan memperkirakan penurunan penjualan dan laba pada kuartal IV-2025 di China karena permintaan pakaian yang masih lesu.

Sebagai gantinya, Fast Retailing kini mulai mengandalkan pertumbuhan dari pasar Amerika Utara dan Eropa, setelah ekonomi China yang selama ini menjadi pasar luar negeri terbesar Uniqlo dengan lebih dari 900 toko mengalami pelambatan.

Sepanjang paruh pertama 2025, saham Fast Retailing tercatat sebagai salah satu saham blue-chip dengan kinerja terburuk di Asia-Pasifik, turun sekitar 8 persen.

[Gambas:Video CNN]

(del/sfr)

Read Entire Article
Korea International