Harga Minyak Naik 1 Persen di Tengah Kecamuk Perang Dagang

1 week ago 11

CNN Indonesia

Selasa, 08 Apr 2025 11:40 WIB

Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada Selasa (8/4) di tengah perang dagang dan ancaman resesi global. Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada Selasa (8/4) di tengah perang dagang dan ancaman resesi global. (iStock/zorazhuang).

Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada Selasa (8/4) di tengah aksi jual besar-besaran dalam beberapa sesi terakhir imbas kekhawatiran pasar bahwa perang dagang yang dilontarkan AS dapat menekan permintaan dan menyebabkan resesi global.

Mengutip Reuters, harga minyak berjangka Brent naik 81 sen, atau 1,26 persen menjadi US$65,02 per barel. Senada, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 92 sen, atau 1,52 persen menjadi US$61,61 per barel.

Pada perdagangan Senin (7/4), harga minyak turun 2 persen mendekati level terendah dalam empat tahun terakhir karena kekhawatiran bahwa tarif perdagangan terbaru Presiden AS Donald Trump dapat mendorong ekonomi global ke dalam resesi dan mengurangi permintaan energi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Trump menegaskan bahwa pengenaan tarif minimal 10-50 persen untuk semua impor ke negaranya akan menjadi awal kebangkitan kembali industri AS yang menurutnya telah menurun akibat liberalisasi perdagangan selama beberapa dekade.

Banyak negara berupaya mendapatkan pengecualian atau setidaknya pengurangan tarif AS dengan langkah negosiasi. Namun, China ekonomi terbesar kedua di dunia mengumumkan rencana tarif balasan.

Trump mengatakan ia akan mengenakan tarif lebih banyak lagi pada China jika Beijing tidak menarik tindakan balasannya.

"Jika Tiongkok tetap teguh, total tarif impornya ke AS akan naik hingga 104 persen, sebuah langkah yang kemungkinan akan memicu memburuknya sentimen risiko, penurunan tajam di pasar saham global, dan mempercepat laju penurunan ekonomi global ke dalam resesi," kata Tony Sycamore, analis pasar di IG, dalam sebuah catatan.

Adapun persediaan minyak mentah dan sulingan AS diperkirakan naik minggu lalu rata-rata sekitar 1,6 juta barel, yang merupakan tanda lain bahwa pasar memperkirakan permintaan akan melemah.

Karenanya analis memperkirakan biaya impas untuk produksi minyak di Amerika Serikat sekitar US$60 per barel, mungkin ada batas bawah seberapa rendah harga bisa terjadi karena beberapa pihak memilih untuk memangkas investasi dan pengeboran.

"Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan produksi melambat dan produksi AS turun dari level saat ini sebesar 13,4 juta barel per hari, jika harga tetap tertekan, seperti yang tampaknya mungkin terjadi. Namun, aktivitas yang berkurang kemungkinan akan mendukung harga dasar di US$50-an per barel untuk WTI," kata Eurasia Group dalam sebuah catatan.

[Gambas:Video CNN]

(ldy/agt)

Read Entire Article
Korea International