CNN Indonesia
Rabu, 09 Jul 2025 11:39 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak sedikit melemah pada Rabu (9/7) setelah sempat mencapai level tertinggi dalam dua pekan terakhir.
Hal ini seiring sikap hati-hati investor yang menanti kejelasan lebih lanjut terkait kebijakan tarif Amerika Serikat dan laporan persediaan minyak mentah terbaru.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 7 sen atau 0,1 persen menjadi US$70,08 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 8 sen atau 0,1 persen ke level US$68,25 per barel.
Penundaan implementasi tarif oleh Presiden AS Donald Trump hingga 1 Agustus memberi sedikit harapan kepada mitra dagang utama seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa bahwa kesepakatan dagang masih bisa tercapai.
Namun, keputusan tersebut membingungkan beberapa eksportir kecil seperti Afrika Selatan dan menciptakan ketidakpastian bagi dunia usaha.
Trump juga mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif 50 persen terhadap impor tembaga dan segera memberlakukan tarif baru terhadap produk semikonduktor dan farmasi. Kondisi ini meningkatkan guncangan di pasar global.
"Investor terus menghadapi berita utama soal tarif dan potensi dampaknya terhadap perdagangan global," ujar Analis Senior Pasar Phillip Nova Priyanka Sachdeva.
Ia menambahkan reli harga energi cukup mengejutkan di tengah tekanan dari banyak berita negatif dan prospek pertumbuhan ekonomi global yang suram.
Kekhawatiran pasar juga meningkat karena tarif dapat menekan permintaan minyak. Meski permintaan perjalanan selama libur 4 Juli di AS terpantau kuat.
Data industri menunjukkan potensi kenaikan persediaan minyak mentah sekitar 7,1 juta barel, meskipun stok produk bahan bakar justru menurun.
"Angka dari API semalam memberikan sentimen negatif bagi harga minyak," kata analis ING dalam catatan kepada klien.
Data resmi dari Badan Informasi Energi AS (EIA) dijadwalkan rilis pada pukul 14.30 waktu setempat hari ini.
Dari sisi pasokan jangka panjang, EIA memperkirakan produksi minyak AS pada 2025 akan lebih rendah dibanding proyeksi sebelumnya akibat harga minyak yang menurun.
Produksi diperkirakan mencapai 13,37 juta barel per hari, turun dari proyeksi bulan lalu sebesar 13,42 juta barel per hari. AS saat ini merupakan produsen minyak terbesar di dunia.
(ldy/sfr)