Jakarta, CNN Indonesia --
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memprediksi perang Israel Vs Iran bakal menggerus pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 sampai dengan 0,05 persen.
Ekonom Senior INDEF Tauhid Ahmad menegaskan dampak perang di Timur Tengah itu masih tergolong kecil.
"Kita lihat kalau skemanya adalah skema perdagangan, maka Perang Teluk memberikan efek negatif juga. Krisis Iran dan Israel itu minus 0,05 persen (terhadap ekonomi Indonesia), termasuk kecil," ungkapnya dalam Kajian Tengah Tahun (KTT) INDEF 2025 via Zoom, Rabu (2/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dampak paling besar tentu saja justru pada Iran, India, maupun kawasan Timur Tengah. Jadi, kalau kita lihat efeknya itu relatif kecil," sambung Tauhid.
Efek yang minim itu disebabkan porsi ekspor dan impor Indonesia ke Timur Tengah juga relatif kecil. Kendati demikian, Tauhid mewanti-wanti perluasan dampak negatif itu jika harga minyak meroket.
Ia menegaskan dampak yang tergolong kecil bisa dipertahankan andai harga minyak tidak melampaui asumsi APBN 2025, yakni US$82 barrel oil per day (BOPD).
"Kalau misalnya ini (harga minyak) melebihi sampai katakanlah US$100-US$140 (BOPD), maka efeknya akan jauh lebih besar," wanti-wanti Tauhid.
"Kita bisa melihat apa yang telah disampaikan oleh Bu Menteri Keuangan (Sri Mulyani) kemarin. Kalau kita lihat dan meyakini bahwa memang terjadi penurunan, 4,7 persen-5 persen. Which is kalau kita garis tengah, maka kemungkinan di semester I nanti diumumkan di Agustus (2025) bahwa pertumbuhan ekonomi kita sekitar 4,8 persen-4,9 persen," prediksinya.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhirnya harus direvisi oleh pemerintah. Sebelumnya, APBN 2025 menargetkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,2 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani lalu merevisinya. Ia memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 4,7 persen-5 persen pada tahun ini.
Koreksi tersebut sejalan dengan yang disampaikan berbagai lembaga internasional, seperti Bank Dunia hingga Dana Moneter Internasional (IMF).
"Pemerintah akan mencoba melakukan berbagai langkah untuk memitigasi sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mendekati atau tetap terjaga di 5 persen. Kita perlu tetap waspada terhadap risiko global sehingga outlook 5 persen dimaksimalkan untuk tetap bisa dicapai. Kami akan melakukan berbagai langkah. Instrumen fiskal akan terus menjadi salah satu andalan untuk melakukan countercyclical," jelasnya dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta Pusat, Selasa (1/7).
(skt/agt)