Dongeng Auckland City: Pekerja Kantoran Main di Piala Dunia Antarklub

7 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Meski kalah telak 0-10 dari Bayern Munchen di laga pertama Piala Dunia Antarklub 2025, para pemain Auckland City berhasil memenuhi impian melawan klub-klub besar dunia.

Auckland City kalah 0-10 dari Munchen pada laga pertama Grup C Piala Dunia Antarklub 2025 yang berlangsung di Stadion TQL, Ohio, Minggu (15/6) malam. Jamal Musiala berhasil menciptakan tiga gol ke gawang Auckland.

Meski dibantai Munchen pada laga pertama, Auckland berhasil mewujudkan impian yang tidak semua klub di dunia bisa melakukannya. Klub Selandia Baru itu tampil di pentas tertinggi dunia.

Auckland City bisa satu panggung bersama klub besar dunia seperti Real Madrid, Manchester City, Inter Milan hingga juara bertahan Liga Champions Eropa Paris Saint-Germain atau PSG. Para pemain Auckland City bermain di panggung yang sama dengan Lionel Messi, Kylian Mbappe atau Erling Haaland.

Cerita Auckland City bermain di Piala Dunia Antarklub 2025 seperti sebuah kisah dongeng. Auckland City merupakan satu-satunya wakil dari Oseania yang berada di bawah payung OFC.

Auckland City merupakan klub amatir, karena Selandia Baru tidak memiliki liga profesional. Kondisi itu membuat Auckland City harus bermain di A-League Australia. Hal itu cukup aneh, karena Selandia Baru masuk wilayah OFC, sementara Australia berada di bawah payung Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).

Sebagian besar pemain Auckland City merupakan pekerja kantoran. Kapten Auckland, Mario Ilich, merupakan sales representative untuk perusahaan minuman soda terkenal dunia.

"Hari saya biasanya dimulai sekitar pukul 5 pagi saat alarm berbunyi. Saya bangun dan pergi ke gym selama satu jam sebelum kembali untuk sarapan dan berangkat ke kantor pukul 8 pagi."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mencoba menyelesaikannya sebelum pukul 5 sore sehingga saya bisa pergi ke seberang kota untuk latihan, yang dimulai pukul 6 sore. Kami akan menghabiskan sekitar dua jam di lapangan dan saya akan pulang sekitar pukul 9 malam sebelum tidur untuk mempersiapkan diri untuk melakukannya lagi keesokan harinya," ucap Ilich dikutip dari CNN.

Kiper utama Auckland City, Conor Tracey, juga bekerja sebagai pekerja kantoran. Tracey bekerja di sebuah gudang farmasi hewan. Setiap hari dia harus mengangkat barang-barang yang cukup berat. Terkadang tangannya mengalami cedera.

"Saya selalu harus menggabungkan cuti tahunan dengan cuti tanpa tanggungan. Saya akan sedikit kesulitan dengan biaya sewa rumah dan membayar tagihan, tetapi bermain melawan Bayern, Benfica dan Boca Juniors, 100 persen sepadan," kata Tracey.

Sementara wakil kapten Auckland, Adam Mitchell, bekerja sebagai agen real estate. Sempat berkarier di Eropa, Mitchell harus kembali ke Selandia Baru karena jarang mendapat kesempatan bermain.

"Ada ribuan pemain yang berjuang hanya untuk segelintir kontrak. Jadi, ketika Anda tidak berakhir dalam kemewahan dan keglamoran sepak bola elite, di mana tidak ada rumah besar atau mobil mewah, Anda akan merasa kesulitan. Terutama jika Anda berada di negara asing," ucap Mitchell.

[Gambas:Video CNN]

(har/har/jun)

Read Entire Article
Korea International