Jakarta, CNN Indonesia --
Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS beberapa waktu terakhir.
Berdasarkan, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah berada di posisi Rp16.636 per dolar AS pada Selasa (23/9).
Padahal pada awal September lalu, rupiah bergerak di kisaran Rp16.300 - Rp16.400 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pelemahan rupiah dipicu tekanan perekonomian global. Ia juga menyebut ada faktor-faktor dalam negeri yang ikut mempengaruhi.
"Beberapa hari yang lalu dan memang kemudian di minggu hari-hari terakhir, ada tekanan dari global dan domestik sehingga kemudian melemah menjadi Rp16.500. Kami terus berkomitmen kuat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," kata Perry dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI, Senin (22/9) dilansir Detik.
Namun, Perry mengatakan saat ini rupiah sudah berada di posisi yang lebih stabil dibandingkan beberapa bulan lalu.
Ia mengingatkan rupiah pernah menembus Rp17 ribu per dolar AS usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal.
Lantas apa yang membuat rupiah melemah?
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah mengalami pelemahan karena permasalahan geopolitik terutama di Timur Tengah yang memanas.
Kondisi ini memicu ketegangan-ketegangan baru, sehingga harga minyak mentah mengalami kenaikan. Kenaikan harga juga terjadi pada barang-barang sehingga terjadi inflasi global.
Akibatnya, bank sentral AS, The Fed, enggan memangkas suku bunga.
"Kalau inflasi naik, berarti bank sentral enggak menurunkan suku bunga. Kalau enggak menurunkan suku bunga berarti rupiah melemah. Kenapa? Dolarnya menguat," katanya pada CNNIndonesia.com.
Dari dalam negeri, Ibrahim menilai rupiah dipengaruhi sentimen pasar terhadap Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, yang mengkritik banyak hal.
Menurutnya, bendahara negara seharusnya fokus kerja, bukan menyampaikan retorika politik.
"Dia memberikan retorik-retorik politik yang akhirnya membuat pelaku pasar condong apatis terhadap pernyataan-pernyataan dari Menteri Keuangan Purbaya. Sehingga wajar kalau seandainya dana asing kembali keluar. Ini kebijakan-kebijakan yang kurang didukung oleh pasar," kata dia.
Sementara itu, analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan rupiah melemah umumnya disebabkan oleh sentimen domestik, di antaranya kekhawatiran defisit fiskal akibat stimulus-stimulus yang diberikan pemerintah. Pelemahan rupiah katanya juga disebabkan pemangkasan suku bunga BI.
"Kebijakan pelonggaran baik moneter dan fiskal umumnya memang menekan mata uang negara," kata Lukman.
Ia memprediksi rupiah masih akan dibayangi tekanan hingga akhir tahun. Namun, ia yakin BI akan melakukan intervensi.
"Selain itu, dolar AS sendiri mungkin akan kembali melemah oleh pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun," kata Lukman.
(fby/agt)