Jakarta, CNN Indonesia --
Suhu yang semakin panas dan cuaca ekstrem yang makin tak menentu terjadi akhir-akhir ini mungkin sebagai tanda bahwa pemanasan global yang terjadi membuat Bumi ke situasi yang lebih serius.
Diberitakan Phys.org pada 27 Mei 2025, Bumi sedang bergerak menuju pemanasan global dengan rata-rata suhu naik 2,7 derajat Celsius pada 2100, atau 65 tahun lagi dari sekarang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tingkat pemanasan tersebut akan menjadi "bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya" untuk kehidupan di Bumi.
Ancaman peningkatan suhu tersebut seiring dengan emisi karbon dioksida (CO2) yang menjadi gas rumah kaca yang meningkat sejak era industrialisasi pada 1850. Selain itu, gas metana dan nitrogen oksida juga ikut andil dalam membuat Bumi makin terasa gerah.
Pada 2023, 41% emisi CO2 berasal dari aktivitas batu bara seperti pembangkit listrik, kemudian 32% berasal dari penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil macam bensin, dan 21% dari gas alam untuk proses industri.
Dampaknya terasa pada 2024 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, menurut Organisasi Meteorologi Dunia. Namun saat itu, suhunya hanya naik 1,5 derajat Celsius dari suhu semasa era pra-industrialisasi. Bayangkan akan terasa seperti apa saat suhu rata-rata naik 2,7 derajat Celsius?
Berbagai negara juga sudah mencanangkan dan bersepakat untuk mengurangi kenaikan suhu global, salah satu yang terkenal adalah Perjanjian Paris 2015 yang dikhianati oleh Trump dan targetnya sulit dicapai oleh banyak negara.
Mengutip Phys.org, sebenarnya ada empat skenario yang pernah dibuat oleh the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada 2014 terkait gambaran pemanasan global berkaitan dengan aksi manusia.
Skenario itu dikenal sebagai Representative Concentration Pathways (RCPs). Mereka adalah: mengambil tindakan cepat dengan emisi rendah (RCP 2.6), dua skenario tindakan dan emisi sedang (RCP 4.5 dan 6.0), tanpa tindakan dengan emisi tinggi (RCP 8.5).
Dari empat skenario itu, hanya skenario RCP 2.6 yang sesuai dengan target Perjanjian Paris untuk menekan kenaikan suhu di bawah 2 derajat Celsius. Namun karena Bumi kenyataannya bergerak antara RCP 2.6 dan 4.5, maka muncul ancaman pemanasan 2,7 derajat pada 2100.
IPCC mengembangkan lima jalur kemungkinan masa depan sosial, ekonomi, dan politik untuk melengkapi empat skenario itu. Namun skenario tersebut sudah berusia lebih dari satu dekade dan perlu diperbaharui.
Selain itu, untuk bisa mencapai penurunan emisi yang ekstrem demi mencegah ancaman pemanasan yang lebih parah, pada 2050 dunia mesti 100 persen menggunakan sumber daya bersih dan menghentikan penggunaan bahan bakar fosil.
Dengan cara tersebut, diyakini pemanasan global akan terhambat di kisaran 1,5 derajat Celsius dengan peluang lebih dari 50 persen. Selain itu, penggundulan hutan juga mesti dihentikan.
(end)