PSG vs Inter: Ketika Tim Semenjana Berebut Takhta Raja Eropa

1 day ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Paris Saint-Germain dan Inter Milan memang bisa masuk kategori klub besar Eropa. Namun untuk urusan favorit juara Liga Champions, PSG dan Inter tidak berada di urutan terdepan ketika musim baru dimulai.

PSG memang pernah berstatus tim super. Mereka bisa mengumpulkan Neymar, Lionel Messi, Kylian Mbappe, Sergio Ramos dalam tim yang sama.

Namun bintang-bintang tersebut satu per satu pergi. Lionel Messi dan Neymar hengkang lalu disusul Kylian Mbappe yang akhirnya pergi ke Real Madrid pada bursa transfer tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepergian Mbappe seolah menutup status tim super PSG. Mereka berubah dari tim super menjadi tim kuat yang biasa saja.

Saat musim dimulai, PSG tentu tidak masuk kandidat tim yang lebih difavoritkan juara seperti Real Madrid, Barcelona, Manchester City, Liverpool, dan Bayern Munchen. Tim-tim tersebut dinilai punya lebih banyak pemain bintang dan peluang yang lebih besar untuk jadi juara.

Dari materi tim, PSG masih punya Donnarumma dan Hakimi yang masuk level elite. Namun pemain lainnya seperti Ousmane Dembele termasuk rawan cedera, Fabian Ruiz tidak terlalu mencolok, begitu juga dengan Vitinha dan Joao Neves yang namanya tidak mentereng dibanding gelandang elite klub besar lainnya.

Soccer Football - Champions League - Semi Final - First Leg - Arsenal v Paris Saint Germain - Emirates Stadium, London, Britain - April 29, 2025 Paris St Germain's Ousmane Dembele celebrates scoring their first goal with Nuno Mendes REUTERS/Dylan MartinezLuis Enrique meramu PSG jadi tim yang lebih seimbang dibanding saat masih berjuluk tim super. (REUTERS/Dylan Martinez)

Kehadiran Khvicha Kvaratskhelia di pertengahan musim juga tidak lantas membuat PSG langsung melejit sebagai unggulan di atas kertas pada ajang Liga Champions.

Namun materi pemain tersebut bisa diramu dengan apik oleh Luis Enrique. Arsitek asal Spanyol itu paham kelebihan tiap pemain sehingga bisa membenturk PSG jadi suatu kesatuan tim yang menakutkan.

PSG bahkan mampu memunculkan sosok Desire Doue yang masih berusia 19 tahun sebagai salah satu andalan. Nuno Mendes yang baru berusia 22 tahun juga makin mencuri perhatian sebagai bek kiri andalan.

Setelah tak meyakinkan di fase liga karena hanya berada di urutan 15, PSG bisa menang lawan Brest untuk lolos ke 16 besar. Di 16 besar, PSG menang adu penalti atas Liverpool yang merupakan salah satu tim favorit juara.

Dua tim Inggris lainnya yaitu Aston Villa dan Arsenal jadi pijakan berikutnya bagi PSG untuk melangkah ke final. Enrique mampu mengubah PSG yang kehilangan pemain bintangnya jadi tim yang lebih seimbang dan layak menggenggam tiket final.

Hal serupa juga dialami oleh Inter Milan. Bila keberhasilan Inter lolos ke final Liga Champions dua tahun lalu dianggap keberuntungan, hal itu tidak bisa lagi digunakan ketika menyambut cerita sukses Inter di musim ini,

Inter, tim dengan budget transfer yang terbatas dan mengandalkan sejumlah pemain berumur, berhasil menjelma jadi tim yang solid di bawah racikan Simone Inzaghi.

Yann Sommer, Francesco Acerbi, Henrikh Mkhitaryan, Hakan Calhanoglu yang sudah masuk kategori berumur bisa disulap Simone Inzaghi menjadi bertenaga dan mampu mengimbangi lawan yang lebih muda. Sosok Lautaro Martinez, Nicolo Barella, dan Denzel Dumfries yang berada di periode usia emas juga bisa jadi andalan Inter, berkolaborasi dengan pemain-pemain yang telah berumur.

Soccer Football - Champions League - Semi Final - Second Leg - Inter Milan v FC Barcelona - San Siro, Milan, Italy - May 6, 2025 Inter Milan's Francesco Acerbi and coach Simone Inzaghi celebrate after the match REUTERS/Alessandro Garofalo     TPX IMAGES OF THE DAYSimone Inzaghi mampu meracik skuad Inter Milan yang bermaterikan sejumlah pemain veteran jadi tim yang solid dan kuat. (REUTERS/Alessandro Garofalo)

Dalam ramuan Inzaghi, Inter sudah menakutkan sejak fase liga. Nerazzurri duduk di peringkat keempat dengan hanya mencatat satu kekalahan darI delapan pertandingan.

Masuk ke fase knock out, Inter menyingkirkan Feyenoord untuk lolos ke babak perempat final. Setelah itu, Inter menaklukkan Bayern Munchen dan Barcelona secara beruntun untuk melangkah ke babak final.

PSG dan Inter, tim semenjana alias tim biasa saja bila dibandingkan tim favorit lainnya, berhasil jadi dua tim yang bertahan berebut takhta juara. Meski ini merupakan kejutan, mereka layak untuk berada di partai terakhir kompetisi ini.

Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>


Read Entire Article
Korea International