CNN Indonesia
Rabu, 17 Sep 2025 11:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk pertama kalinya mengaku bahwa Israel terisolasi secara ekonomi buntut agresi di Jalur Gaza, Palestina.
Dalam sebuah konferensi Kementerian Keuangan di Yerusalem, Netanyahu secara mengejutkan menyatakan bahwa kondisi perekonomian negaranya sedang tidak baik-baik saja. Ia menyalahkan keputusan embargo negara Barat serta propaganda daring Qatar dan China sebagai penyebab Israel mengalami situasi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Israel memasuki semacam isolasi. Kita harus cepat menyesuaikan diri dengan ekonomi yang berkarakteristik swasembada," ucap Netanyahu, seperti dikutip Anadolu Agency.
Netanyahu saat itu menyatakan istilah swasembada, yang menandai tertutupnya dari perdagangan global, merupakan "kata yang paling saya benci". Namun, Israel mau tak mau harus mulai beradaptasi dengan kondisi tersebut demi mengembangkan industri persenjataan.
"Saya percaya pada pasar bebas, tetapi kita mungkin berada dalam situasi di mana industri persenjataan kita terhambat. Kita perlu mengembangkan industri persenjataan dalam negeri, bukan hanya penelitian dan pengembangan, tetapi juga kemampuan untuk memproduksi apa yang kita butuhkan," ujarnya, seperti dikutip The Times of Israel.
Makin banyak negara termasuk sekutu Israel di Eropa menjaga jarak, mengecam, bahkan menjatuhkan sanksi terhadap kekejaman Tel Aviv ke Palestina.
Sejumlah negara Barat seperti Inggris, Spanyol, dan Kanada, telah memutuskan menyetop ekspor senjata ke Israel dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini dilakukan lantaran agresi brutal Negeri Zionis terus berlangsung di Jalur Gaza.
Jumlah korban tewas di Gaza sejak Oktober 2023 telah nyaris mencapai 65.000 orang. Sebagian besar korban merupakan anak-anak dan perempuan, serta mereka yang mengalami malnutrisi.
Prancis, Inggris, Kanada, Malta, Portugal, Australia, hingga Belgia telah menyatakan akan mengakui kemerdekaan Palestina dalam Sidang Majelis Umum PBB, September ini.
Beberapa negara juga memutuskan memberi sanksi yang lebih tegas terhadap Israel karena keras kepala tak mau menghentikan perang.
Menurut Netanyahu, perubahan sikap negara-negara ini akibat perubahan demografi oleh migrasi Muslim dari negara-negara mayoritas Islam. Hal ini juga, kata dia, terjadi karena pengaruh aktor anti-Israel di platform digital.
(blq/rds)