Jakarta, CNN Indonesia --
Militer Israel memerintahkan penduduk di kota Rafah, Gaza selatan untuk mengungsi dari rumah mereka dan meninggalkan daerah tersebut pada Senin (31/3).
"IDF (militer) kembali bertempur dengan kekuatan besar untuk melenyapkan kemampuan organisasi teroris di daerah ini. Demi keselamatan Anda, Anda harus segera pindah ke tempat perlindungan di Al Mawasi, barat laut Rafah, kata Juru bicara militer Israel Avichay Adraee di media sosial X, dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terjadi antrean panjang orang-orang yang meninggalkan rumah mereka. Sebagian berjalan kaki atau bersepeda, sementara yang lain mendorong gerobak darurat yang penuh dengan barang-barang.
Gerobak yang ditarik keledai meluncur di jalan di samping truk-truk yang penuh dengan selimut, kasur, dan barang-barang rumah tangga lainnya.
"Sebuah peta diterbitkan hari ini, seluruhnya berwarna merah, yang menunjukkan bahwa seluruh Rafah harus dievakuasi," kata penduduk Rafah Ali Mansour.
"Saat ini saya berjalan kaki, tidak ada transportasi, dan saya tidak punya ongkos untuk naik mobil. Seperti yang Anda lihat, kami tidak membawa barang bawaan -- kami meninggalkan semua barang bawaan kami."
Najah Dhahir, juga dari Rafah, mengavkuasai diri dengan berjalan kaki bersama bayinya yang berusia sembilan bulan.
"Kami membawa anak-anak kami dan hanya apa yang diperlukan, meninggalkan semua barang bawaan kami, kasur, makanan, dan uang kami. Kami meninggalkan semuanya," katanya.
Hamas kecam Israel
Sementara itu kelompok Hamas mengecam seruan Israel memerintahkan penduduk Palestina mengevakuasi diri meninggalkan Rafah.
Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan di Telegram bahwa "mengungsikan puluhan ribu orang tak berdosa merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan hukum humaniter internasional, dan kejahatan penuh berupa pemindahan paksa dan pembersihan etnis"," dikutip dari Aljazeera.
Hamas menambahkan: "Kejahatan baru ini bertujuan untuk memperdalam penderitaan rakyat kami yang tak berdaya dan memperburuk kondisi kemanusiaan yang mengerikan yang sedang mereka alami."
Sebelumnya, militer Israel mengeluarkan perintah pemindahan paksa baru untuk Rafah, dengan peringatan bahwa tentara akan segera "melanjutkan operasi tempur yang intens" di sana.
Militer mengatakan orang-orang di sebagian besar Rafah dan daerah sekitar Nassr dan ash-Shawka harus segera mengungsi ke al-Mawasi.
Israel terus melakukan serangan ke Gaza, Palestina, hingga hari kedua Idulfitri 1446 Hijriah. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan 80 warga Palestina meninggal dunia dibunuh negara teroris Israel selama dua hari lebaran 2025.
"Setidaknya 80 meninggal dunia dan 305 luka-luka imbas serangan Israel di Gaza dalam waktu 48 jam," tulis Kementerian Kesehatan Palestina mengutip Aljazeera, Senin (31/3).
Sementara itu, kelanjutan nasib perundingan gencatan senjata juga masih belum jelas.
Pada Minggu (30/3), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengulangi tuntutannya agar Hamas melucuti senjatanya dan agar para pemimpinnya meninggalkan Gaza.
Israel juga mengancam bakal meningkatkan tekanan ke kelompok Hamas, agar membebaskan 59 sandera yang masih ditahan di Gaza.
Hingga kini Israel masih terus melanjutkan aksi genosida di Gaza dan melanggar gencatan senjata yang berlaku sejak pertengahan Januari lalu. Imbas serangan brutal Israel sejak agresi, lebih dari 50 ribu warga sipil tewas, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.
(fra/afp/aj/fra)