Jakarta, CNN Indonesia --
Raksasa mode H&M berencana untuk membuat replika digital dari model-modelnya pada tahun ini dengan menggunakan bantuan kecerdasan artifisial (AI). Hal ini memicu perdebatan di industri mode.
H&M berencana membuat 30 'kloning' model-modelnya di tahun ini. Kini, mereka masih menjajaki bagaimana model-model AI ini akan digunakan.
Melansir CNN, H&M akan bekerja sama dengan pihak lain, seperti agensi dan para model itu sendiri. Para model nantinya akan memiliki hak atas 'kloning' digital mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nantinya, 'kloning' model digital itu juga punya potensi untuk bekerja dengan merek apa pun dan mendapatkan bayaran.
Sekretaris Jenderal Equity, serikat pekerja seni pertunjukan dan hiburan Inggris, Paul W Fleming, mengapresiasi rencana untuk membayar model digital. Namun, ia mengingatkan bahwa hal tersebut harus didukung oleh adopsi perlindungan AI secara luas dalam perjanjian dan undang-undang yang melindungi hak pekerja.
"Perlombaan untuk 'berinovasi' di bidang kecerdasan artifisial tidak boleh jadi perlombaan yang sia-sia demi meningkatkan keuntungan. Kecerdasan buatan tidak akan mungkin terwujud tanpa seni dan kerja manusia, dan manusia harus tetap menjadi pusat usaha kreatif," ujar Fleming.
Rencana H&M tersebut memicu reaksi keras dalam industri mode. Sara Ziff, seorang model sekaligus aktivis, mengaku khawatir terhadap penggunaan replika model digital tanpa adanya perlindungan yang berarti.
"Dalam industri yang secara historis terbelakang dalam hal hak-hak pekerja, inisiatif baru H&M menimbulkan pertanyaan kritis tentang persetujuan dan kompensasi. Hal ini berpotensi menggantikan sejumlah pekerja mode," ujar Ziff.
H&M bukan merek pertama yang menjajaki penggunaan AI. Label denim Levi Strauss & Co mengumumkan hal yang sama pada Maret 2023. Namun, mereka menegaskan bahwa pemotretan terhadap model sungguhan tetap akan dilaksanakan.
(asr/asr)