5 Tantangan PM Baru Jepang Sanae Takaichi Si 'Iron Lady' Negeri Sakura

2 hours ago 2
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Jepang yang baru Sanae Takaichi terpilih menjadi pemimpin Negeri Mata Hari Terbit pada Selasa (21/10) dengan sejumlah tantangan yang langsung akan dihadapinya.

Takaichi memenangkan 273 suara dukungan dari Majelis Rendah Parlemen Jepang dalam pemungutan suara pada Selasa sore waktu setempat. Jumlah suara ini memenuhi ambang batas simple majority atau mayoritas sederhana untuk membentuk pemerintahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keterpilihan Takaichi sebagai PM menjadi momen penting bagi negara yang secara historis menganut sistem patriarki dengan norma gender yang mengakar kuat. Ia menjadi PM perempuan pertama dalam sejarah Jepang.

Meski mencetak sejarah, Takaichi bukan dengan tanpa tantangan dan oposisi. Berikut beberapa tantangan yang akan dihadapi Takaichi sebagai perdana menteri baru Jepang:

1. Koalisi baru

LDP membentuk aliansi baru dengan Nippon Ishin (Partai Inovasi Jepang/JIP) yang sama-sama punya sikap keras terhadap China dan soal imigrasi.

"Stabilitas politik sangat penting saat ini. Tanpa stabilitas, kita tak bisa mendorong langkah-langkah untuk membangun ekonomi dan diplomasi yang kuat," kata Takaichi pada Senin, dikutip ABC News.

Pembentukan koalisi ini mengamankan 231 kursi di majelis rendah. 

Enam hari usai Takaichi terpilih menjadi ketua Partai LDP baru menggantikan eks PM Ishiba, Partai Komeito keluar dari koalisi berkuasa karena keberatan dengan pandangan konservatif perempuan yang dikenal sebagai Margaret Thatcher itu.

Komeito juga merasa tak sreg dengan skandal dana gelap yang melibatkan partai LDP.

Kondisi itu memaksa Takaichi, seorang hawkish terhadap China dan pengagum Margaret Thatcher, mencari dukungan dan menjalin aliansi baru dengan JIP yang berhaluan reformis kanan. 

2. Mengatasi kenaikan harga barang

Jika Takaichi terpilih tantangan pertama yang jelas di depan mata adalah kenaikan harga barang. Ia akan dituntut untuk mengatasi masalah tersebut.

Harga-harga barang pokok seperti beras dan bahan makanan melonjak dua kali lipat dari harga tahun sebelumnya, demikian dikutip CNN.

3. Meningkatkan angka kelahiran

Dalam beberapa tahun, Jepang mencatat angka kelahiran yang rendah. Jumlah bayi yang lahir rendah sejalan dengan angka pernikahan yang juga kecil.

Tak cuma itu, jika pun pasangan di Jepang menikah mereka menunda atau enggan memiliki anak karena biaya hidup yang melejit.

Di sisi lain, jumlah kelompok lanjut usia (lansia) di Jepang juga meningkat. Dari kacamata pemerintah, kelahiran bayi penting untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja.

Populasi penduduk terutama di usia produktif juga menjadi kekuatan tersendiri bagi suatu negara.

4.  kepercayaan publik

Selama beberapa tahun terakhir, Partai Demokrat Liberal (LDP) mengalami krisis terbesar setelah skandal penggelapan dana politik.

Takaichi harus berjuang merebut kembali kepercayaan publik terhadap LDP. Terpilih sebagai pemimpin partai berkuasa biasanya cukup mengamankan jabatan perdana menteri.

Namun, jalan Takaichi cukup rumit. Aliansi lama LDP, Komeito, secara mengejutkan menarik diri dari partai berhaluan konservatif-nasionalis. Perpecahan ini mengancam pergantian kekuasan bagi LDP, yang sudah memimpin Jepang selama beberapa dekade tanpa gangguan.

Kepergian Komeito sempat memicu kekhawatiran mereka dan partai oposisi akan membentuk koalisi baru dan pada akhirnya memilih calon perdana menteri baru yang bisa menggagalkan langkah Sane. Namun, partai-partai itu gagal menyepakati calon yang diusung.

5. Hadapi Trump

sebagai salah satu sekutu dekat Amerika Serikat di kawasan, Jepang harus bisa mengimbangi kepentingan Tokyo dan keinginan Presiden Donald Trump yang dicap banyak pihak kadang kerap mengintimidasi.

Selain itu, walau menjadi sekutu dekat AS, Jepang tak luput dari pengenaan tarif perdagangan Trump.

Berdasarkan kesepakatan terbaru, AS memberlakukan tarif sebesar 15% atas barang-barang impor dari Jepang.

Imbas "tekanan" tarif Trump, Jepang juga akan menginvestasikan sekitar $550 miliar (sekitar Rp8.964 triliun) "atas arahan Trump" dan akan "membuka" ekonominya terhadap produk otomotif dan beras asal AS.

Sejauh ini, Takaichi memposisikan dirinya sebagai mitra yang dapat diandalkan bagi Amerika Serikat.

Awal bulan ini, Takaichi menyatakan berencana menghormati kesepakatan investasi dengan Trump, meskipun sebelumnya sempat memberikan sinyal berbeda.

(isa/rds)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Korea International