Jakarta, CNN Indonesia --
Setiap tahun, sebanyak 675 ribu bayi lahir prematur di Indonesia. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah kelahiran prematur kelima tertinggi di dunia, sebuah sinyal betapa seriusnya persoalan ini bagi kesehatan anak.
Di tingkat global, kelahiran prematur masih menjadi tantangan besar dan bahkan menjadi penyebab utama kematian anak di bawah usia lima tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar 15 juta bayi lahir prematur setiap tahun, dan lebih dari satu juta di antaranya meninggal akibat komplikasi yang sebenarnya dapat dicegah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam konteks nasional, Profil Kesehatan Indonesia 2024 menunjukkan bahwa sekitar 26,4 persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal (0-28 hari) dan 22,5 persen pada periode post-neonatal (29 hari-11 bulan). Prematuritas dan bayi berat lahir rendah (BBLR) menjadi penyebab terbesar dari angka tersebut.
Dokter Spesialis Anak Subspesialis Neonatologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rinawati Rosiswatmo mengatakan sangat penting memberi perhatian kepada bayi bahkan di hari pertama dia lahir. Hal ini terutama terhadap bayi-bayi yang terlahir prematur.
"Perawatan bayi prematur tidak hanya berfokus pada kelangsungan hidup, tetapi juga pada kualitas tumbuh kembangnya. Asupan gizi yang tepat sejak hari pertama sangat menentukan bagaimana bayi dapat bertahan dan berkembang di kemudian hari," ujar Rinawati dalam keterangannya, usai menghadiri seminar nasional bertajuk "From Fragile Beginnings to Strong Futures: Advancing Nutrition for Premature Infants" yang digelar RSCM bersama Nestlé Indonesia.
Dia menjelaskan, ASI merupakan sumber gizi utama bagi bayi prematur, dan dapat dilengkapi dengan human milk fortifier (HMF) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi khusus mereka. Jika ASI tidak tersedia, tenaga kesehatan dapat merekomendasikan ASI donor yang telah melalui proses skrining.
"Bila ASI donor juga tidak memungkinkan, barulah pangan olahan untuk keperluan medis khusus digunakan, tentu yang sudah teruji klinis dan didukung publikasi ilmiah," kata dia.
Tak hanya masalah gizi, bayi juga prematur membutuhkan rangkaian dukungan yang lebih komprehensif. Dokter Ahli Tumbuh Kembang Pediatri di RSCM, Bernie Endyarni Medise menyoroti perlunya pendekatan menyeluruh saat merawat bayi, terutama bayi-bayi prematur.
"Bayi prematur dan BBLR membutuhkan perhatian menyeluruh, bukan hanya dari sisi medis, tetapi juga dari dukungan emosional keluarga, stimulasi, dan asupan gizi yang berkelanjutan," kata Bernie.
Ia menegaskan bahwa peran tenaga kesehatan sangat krusial dalam mengedukasi dan mendampingi orang tua agar proses tumbuh kembang berjalan optimal.
"Intervensi tepat, mulai dari perawatan intensif, gizi optimal, hingga dukungan keluarga anak-anak yang lahir prematur tetap memiliki kesempatan untuk tumbuh kuat dan sehat, jauh dari kata rapuh seperti awal mereka memulai hidup," katanya.
(tis/tis)

















































