Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintah akan mengarahkan fokus swasembada pangan ke komoditas telur dan daging ayam mulai tahun depan untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan setelah swasembada beras dan jagung tercapai tahun ini, pemerintah akan melanjutkannya dengan menjaga keberlanjutan dua komoditas tersebut sekaligus memperluas target swasembada ke sektor peternakan.
"Jadi ini kan kalau begitu kita tahun ini swasembada beras sama jagung, tahun depan kita pertahankan tentunya ya beras sama jagungnya," ujar Sudaryono di Kantor Kementan, Jakarta Selatan, Rabu (10/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan ke depan pemerintah juga mengarahkan swasembada pada komoditas strategis lainnya, seperti gula konsumsi dan gula industri, serta garam untuk kebutuhan konsumsi dan industri.
Namun untuk lingkup Kementerian Pertanian, perhatian utama tahun depan tertuju pada peningkatan produksi telur, ayam, dan sapi, dengan fokus awal pada telur dan ayam.
"Nah, tahun depan di Kementerian Pertanian ada dua program besar. Yang pertama adalah bagaimana peningkatan produksi swasembada telur dan ayam dan sapi sebetulnya. Tapi ini kita lagi fokus di telur sama ayam khususnya di daerah luar Jawa," katanya.
Sudaryono menerangkan selama ini sentra peternakan masih banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa, sementara wilayah luar Jawa masih bergantung pasokan dari Jawa. Ke depan, pemerintah menargetkan setiap daerah memiliki ketahanan pangan sendiri.
"Karena kan banyak peternakan kan di Jawa. Nah, luar Jawa kan dipasok dari Jawa. Nah, itu keinginan Presiden (Prabowo Subianto) adalah supaya masing-masing daerah, masing-masing pulau, masing-masing provinsi itu punya ketahanan pangan sendiri," ujarnya.
Program swasembada telur dan ayam ini juga disiapkan untuk menjawab kebutuhan besar MBG yang diperkirakan terus meningkat. Pemerintah, kata dia, sudah melakukan perencanaan agar kebutuhan tersebut tidak menimbulkan kekurangan pasokan.
"Khususnya untuk menjawab kekhawatiran teman-teman semua terkait kebutuhan MBG yang diprediksi nanti ada shortage lah, ini lah. Nah, itu kita jawab semua. Jadi kita menjawab bahwa tahun depan itu sudah kita godok," ucapnya.
Ia menyebut pemerintah telah menyiapkan peternakan terintegrasi di 13 provinsi di luar Jawa, serta satu lokasi di Jawa Timur. Seluruh titik tersebut sudah diidentifikasi dan akan melibatkan berbagai pihak.
"(Peternakan terintegrasi) di 13 provinsi kita udah siapkan di luar Jawa. Yang di Jawa cuma di Jawa Timur. Kita sudah identifikasi semua. Melibatkan BUMN, terus nanti Kopdes Merah Putih, peternak lokal. Intinya untuk meningkatkan produksi telur dan ayam," katanya.
Selain sektor peternakan, pemerintah juga mulai mendorong hilirisasi pertanian untuk sejumlah komoditas perkebunan dan hortikultura. Sudaryono menyebut terdapat sekitar 11 komoditas yang masuk dalam program tersebut, di antaranya kelapa dalam, kelapa sawit, kakao, kopi, serta rempah-rempah.
Arah kebijakan itu ditujukan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan komoditas global.
"Presiden ingin mengembalikan semua produk komoditi perkebunan itu. Kita menduduki posisi puncak dalam percaturan perdagangannya di dunia. Kelapa kita harus juara, kopi harus juara, kakao harus juara. Nomor satu semua. Kita harus ekspor lebih banyak," kata Sudaryono.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan pemerintah akan membangun pabrik pakan bagi peternak kecil di berbagai daerah. Pada tahap awal, pabrik pakan akan dibangun di 12 titik dengan total anggaran sekitar Rp20 triliun. Pabrik tersebut diproyeksikan mendukung sekitar 3,7 juta peternak kecil di Indonesia.
Amran juga menyatakan pemerintah akan memproduksi day old chick (DOC) untuk menjaga stabilitas harga pakan, vaksin, dan obat hewan. Selain itu, pemerintah akan menetapkan Harga Pokok Penjualan (HPP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk pakan ternak agar harga tidak berfluktuasi tajam.
Di sisi lain, pemerintah juga menyiapkan pengembangan ayam petelur dan ayam pedaging untuk menopang kebutuhan MBG.
Produksi ayam petelur ditargetkan mencapai puluhan juta ekor per tahun dengan kapasitas produksi telur hingga sekitar 1 juta ton per tahun. Sebagian besar produksi tersebut akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan program MBG.
Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut Indonesia membutuhkan jutaan peternak baru agar pasokan telur dan ayam tidak mengalami kekurangan.
Ia juga mengungkap setiap dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) membutuhkan pasokan besar bahan pangan hewani, sehingga penguatan produksi di tingkat daerah menjadi kunci keberlanjutan program MBG.
(del/pta)
















































