Perang Lagi, Kamboja Tuduh Thailand Pilih Angkat Senjata Bukan Dialog

1 hour ago 1

CNN Indonesia

Kamis, 11 Des 2025 06:00 WIB

Konflik perbatasan kembali pecah, Kamboja tuduh Thailand ogah diplomasi justru pilih angkat senjata. Penampakan warga sipil di perbatasan Thailand dan Kamboja usai konflik kembali pecah. Foto: AFP/AGENCE KAMPUCHEA PRESSE (AKP)

Jakarta, CNN Indonesia --

Pejabat pemerintah Kamboja menuduh Thailand melanggar kepercayaan internasional, setelah konflik di perbatasan kedua negara kembali pecah pada Senin (8/12).

Kepala Komite Urusan Luar Negeri, Kerja Sama Internasional dan Informasi Majelis Nasional Kamboja, Suos Yara, mengatakan Thailand gagal menghormati hukum internasional dengan melancarkan serangan udara di wilayah sengketa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka memilih senjata daripada dialog dan diplomasi," kata Suos Yara, dikutip Independent.

Sebanyak tiga tentara Thailand dan tujuh warga sipil Kamboja tewas pada konflik di perbatasan pekan ini. Selain korban tewas dan luka, puluhan ribu warga sipil di kedua pihak juga terpaksa mengungsi ke tempat penampungan.

Konflik antara kedua negara tetangga berakar pada perselisihan yang bermula sejak awal abad ke-20, terutama akibat peta tahun 1907 yang dibuat ketika Kamboja berada di bawa kekuasaan kolonial Prancis.

Thailand menganggap peta yang dibuat Prancis di masa kolonial itu tidak akurat. Banyak warga Thailand marah dengan putusan Mahkamah Internasional tahun 1962, yang memberikan kedaulatan atas wilayah sengketa kepada Kamboja.

Hingga kini, konflik kedua negara meluas di lokasi-lokasi baru di sepanjang perbatasan sepanjang 817 kilometer.

Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menolak dialog dan mengatakan militernya memiliki misi yang harus diselesaikan.

"Kita tidak bisa berhenti sekarang. Kami telah memberikan komitmen kepada angkatan bersenjata bahwa mereka dapat sepenuhnya melaksanakan operasi yang direncanakan," kata Anutin.

Sementara itu secara terpisah, Yara menyatakan Kamboja hanya menginginkan perdamaian dan bertekad melakukan apa pun yang diperlukan untuk menghentikan pertempuran.

"Setiap saat kita berbicara, darah tertumpah. Kita harus menghentikannya sekarang," ungkap Yara.

(dna)

Read Entire Article
Korea International