Pengamat Prediksi Tarif 19 Persen Trump Picu Lonjakan Biaya Impor

5 hours ago 2

CNN Indonesia

Kamis, 17 Jul 2025 18:03 WIB

Pengamat memperkirakan kebijakan tarif 19 persen AS untuk Indonesia akan memicu lonjakan biaya impor, terutama untuk komoditas LNG dari Negeri Paman Sam. Pengamat memperkirakan kebijakan tarif 19 persen AS untuk Indonesia akan memicu lonjakan biaya impor, terutama untuk komoditas LNG dari Negeri Paman Sam. (Dok. Kementerian BUMN).

Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa memperkirakan kebijakan tarif 19 persen Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia akan memicu lonjakan biaya impor, terutama untuk komoditas LNG dari Negeri Paman Sam.

Lonjakan terjadi imbas syarat yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump ke Indonesia untuk menikmati tarif 19 persen tersebut. Trump mau menurunkan tarif Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen kalau Indonesia mau mengimpor energi AS sebanyak US$15 miliar atau Rp244 triliun. 

Kesediaan itu kata Fabby menimbulkan beban bagi biaya impor Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, biaya impor gas dari AS bisa 30-40 persen lebih mahal dibandingkan dengan impor dari Timur Tengah atau negara tetangga seperti Singapura, karena jarak pengiriman yang lebih jauh.

"Jika kita impor LNG dari AS, biayanya jauh lebih tinggi. Padahal industri dalam negeri kita sangat tergantung pada gas dan pemerintah menerapkan harga gas industri yang ditetapkan. Ini bisa berdampak besar pada daya saing industri kita," ujar Fabby dalam wawancara dengan CNN Indonesia TV, Rabu (16/7/).

Trump memang melancarkan perang dagang ke sejumlah negara dengan mengancam mengenakan tarif tinggi terhadap produk yang dijual ke AS. Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena ancaman.

Pada April lalu, Trump mengancam mengenakan tarif 32 persen atas produk Indonesia yang dijual ke negaranya. Awal pekan kemarin, Trump menelpon Presiden Prabowo Subianto.

Hasil pembicaraan, Trump akhirnya mau menurunkan tarif yang tadinya 32 persen menjadi 19 persen. Tapi penurunan disertai dengan syarat; Indonesia harus impor energi, produk pertanian dan 50 pesawat Boeing.

Ia menilai negosiasi dagang yang dijalankan Trump keras dan cenderung menekan.

"Penetapan tarif ini dasarnya tidak jelas sejak awal. Banyak negara mendapat tekanan, termasuk Indonesia. Pemerintah mencoba merespons dengan memberikan sejumlah opsi, termasuk komitmen impor energi seperti LNG dan kerosin dari Amerika," jelasnya.

Fabby mengakui bahwa tarif 19 persen yang diberikan AS memang terendah di kawasan ASEAN, jika dibandingkan dengan negara seperti Malaysia (25 persen), Vietnam (20 persen), Thailand dan Kamboja (36 persen), serta Laos dan Myanmar yang di atas 40 persen.

Kendati demikian, menurut Fabby, keberhasilan diplomasi tidak hanya dilihat dari angka tarif, melainkan dari trade-off yang harus dibayar Indonesia.

"Kita memang mendapat tarif rendah, tapi apa yang dikorbankan? Kepentingan Trump jelas: mengurangi defisit dagang dengan Indonesia dan membuka akses seluas-luasnya ke pasar kita," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]

(ldy/agt)

Read Entire Article
Korea International