Mendag Klaim Tarif 19 Persen Buat RI Paling Rendah di ASEAN

4 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyatakan Indonesia menjadi negara ASEAN yang paling diuntungkan dalam skema tarif terbaru ke Amerika Serikat (AS).

Hal ini menyusul kesepakatan dagang yang diklaim dicapai langsung antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden RI Prabowo Subianto. Dalam skema tersebut, produk ekspor Indonesia dikenakan tarif sebesar 19 persen, angka yang menurut Budi lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di kawasan.

"Kalau kita lihat sampai sekarang, nanti berlakunya tanggal 1 Agustus, itu kita memang untuk di negara ASEAN, kita paling rendah," ujar Budi dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (16/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Artinya, kalau ini sampai tanggal 1 Agustus kita masih tarifnya bagus, berarti kesempatan buat kita untuk semakin besar masuk pasar ke Amerika," tambahnya.

Tarif resiprokal 19 persen yang dikenakan AS atas produk Indonesia menempatkan RI sebagai negara dengan tarif terendah kedua di kawasan ASEAN, setelah Singapura yang dikenai 10 persen.

Dengan demikian, tarif Indonesia lebih rendah dibanding Vietnam dan Filipina (20 persen), Malaysia dan Brunei Darussalam (25 persen), Thailand dan Kamboja (36 persen), serta Myanmar dan Laos yang mencapai 40 persen.

Ia menyebut pemerintah telah melakukan mitigasi sejak awal, termasuk mengidentifikasi sepuluh produk ekspor utama Indonesia dan menganalisis pesaing di setiap lini produk. Dengan adanya sistem tarif resiprokal yang kini diterapkan AS, Budi menilai Indonesia berada pada posisi tawar yang cukup baik.

"Karena dulu ketika kita bersaing tarifnya sama, MFN (Most Favored Nation). Sekarang dengan resiprokal kan berbeda-beda," ujarnya.

Selain urusan tarif, Budi menyebut kesepakatan juga membuka peluang investasi dari AS ke Indonesia di sektor-sektor strategis.

"Amerika itu tidak semata-mata akses pasar yang kita tuntut. Karena ternyata juga akan melakukan investasi," katanya.

Ia mengatakan beberapa komoditas seperti minyak dan bahan baku industri menjadi fokus investasi, sementara produk lain seperti gandum dan kedelai yang diimpor dari AS memang dikenakan tarif 0 persen karena Indonesia tidak memproduksinya secara domestik.

"Jadi ini sebenarnya kesempatan buat kita untuk mendukung industri dalam negeri, karena kebanyakan barang yang akan kita impor dari Amerika ini adalah barang atau bahan baku dan juga barang modal," ucapnya.

Budi juga menegaskan Indonesia masih memiliki posisi tawar yang kuat dalam negosiasi tarif.

"Alhamdulillah mungkin dengan posisi tawar yang sama kita mendapatkan tarif yang lebih baik. Mudah-mudahan sampai tanggal 1 Agustus kita tetap posisi yang terbaik di antara negara-negara terutama ASEAN," katanya.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump pada Selasa (15/7) mengklaim telah mencapai kesepakatan perdagangan baru dengan Indonesia setelah berbicara langsung dengan Presiden Prabowo Subianto.

Dalam kesepakatan itu, AS akan mengenakan tarif impor atas produk Indonesia sebesar 19 persen, turun dari sebelumnya 32 persen. Lalu, ekspor produk AS ke Indonesia dibebaskan dari tarif alias nol persen.

Sebagai bagian dari kesepakatan, Indonesia juga disebut berkomitmen untuk membeli energi asal AS senilai US$15 miliar atau setara Rp244,27 triliun (asumsi kurs Rp16.293 per dolar AS), produk pertanian senilai US$4,5 miliar atau Rp73,32 triliun, serta 50 pesawat jet Boeing termasuk model Boeing 777.

"Kesepakatan hebat, untuk semua orang, baru saja dibuat dengan Indonesia. Saya berurusan langsung dengan Presiden mereka yang sangat dihormati," tulis Trump dalam unggahan di platform Truth Social.

[Gambas:Video CNN]

(del/pta)

Read Entire Article
Korea International