Mayoritas Kardinal Elektor Conclave 2025 dari Negara Berkembang

16 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Mayoritas kardinal elektor atau pemilik hak suara di Conclave atau pemilihan Paus baru 2025 berasal dari negara berkembang atau Global South.

Di Conclave 2013, kardinal asal Eropa masih mendominasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Media Al Jazeera membuat tabel persentase kardinal di conclave kali ini berdasarkan wilayah atau benua. Pemilihan Paus kemungkinan dihadiri 135 elektor.

Dari Eropa ada 53 kardinal atau sekitar 39,26 persen, Amerika Utara 20 kardinal atau 14,81 persen, Amerika Selatan 17 kardinal atau 12,59 persen, Afrika 18 kardinal atau 13,33 persen, Asia 23 kardinal arau 17 persen, Oceania 4 kardinal atau 2,96 persen.

Jika diakumulasikan kardinal dari wilayah global south mencapai 62 kardinal atau 45,7 persen. Sementara itu, dari Eropa ada 53 kardinal atau 39 persen.

Di conclave sebelumnya yakni pada 2013, pemilihan dihadiri 115 elektor. Dari jumlah itu kardinal dari Eropa mencapai 60 orang atau 52 persen, dari Amerika Utara 20 kardinal atau 17 persen, dari Amerika Selatan 13 kardinal atau 11 persen, dari Afrika 11 kardinal atau 9,57 persen, 10 kardinal dari Asia, dan 1 dari Oceania.

Di conclave ini, sekitar 80 persen elektor juga ditunjuk langsung oleh Paus Fransiskus. Secara efektif, hal tersebut mengubah wajah gereja Katolik yang jauh lebih mewakili negara-negara berkembang atau global south.

Para kardinal yang punya hak pilih sekarang berasal dari 65 negara dan mayoritas berasal dari Afrika, Asia, dan Amerika Selatan.

Para kardinal dari belahan bumi selatan cenderung sangat mendukung dorongan Paus yang progresif seperti isu keadilan sosial, perubahan iklim, menyerukan penghentian agresi Israel di Gaza, hingga meminta setop perang Rusia-Ukraina.

Meski dari persentase elektor kardinal dari global south mendominasi, tetapi pemilihan paus tak bisa diprediksi.

Sekretaris Eksekutif Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Antonius Gregorius mengatakan pilihan kardinal di dalam conclave tak bisa diramalkan.

"Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Yang pasti umat Katolik seluruh dunia mendoakan conclave berjalan baik dan lancar. Dan Paus yang terpilih adalah pilihan Tuhan," kata Antonius saat ditanya CNNIndonesia.com pada Rabu (30/4).

Antonius lalu menjelaskan umat Katolik tak pernah boleh memiliki kecenderungan apapun.

"Karena tidak terbuka kemungkinan dukung-mendukung juga dukungan-dukungan dalam bentuk apapun tidak ada pengaruhnya sama sekali dalam pemilihan. Dalam Iman kita percayakan prosesnya kepada Tuhan lewat para kardinal," ungkap dia.

Conclave memang berlangsung secara tertutup. Dalam pemilihan itu juga tak boleh ada kampanye terang-terangan untuk memilih atau menyarankan memilih kardinal tertentu menjadi Paus.

(bac)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Korea International