Jakarta, CNN Indonesia --
Gasing yang terbuat dari penghapus tengah viral di kalangan anak sekolah, khususnya siswa sekolah dasar (SD). Di balik ide kreatif anak-anak dalam membuatnya, justru ada bahaya gasing penghapus yang perlu diperhatikan.
Tren yang satu ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan orang tua maupun pengajar. Meski banyak yang mendukung kreativitas anak, tetapi tidak sedikit orang tua yang khawatir dengan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat gasing penghapus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ide kreatif anak-anak memang tidak bisa dibendung. Rasa penasaran dan ketertarikan pada sesuatu yang tengah viral pun akan membuat mereka mencobanya, seperti gasing penghapus ini.
Namun, banyak orang yang menyoroti bahayanya pembuatan gasing penghapus ini. Berikut sederet bahaya gasing penghapus yang perlu diperhatikan.
1. Melukai tangan atau kaki
Dalam pembuatan gasing penghapus yang tengah viral ini dibutuhkan staples dan paku payung. Kedua bahan itu digunakan untuk merekatkan beberapa penghapus berbentuk balok hingga menyerupai gasing.
Penggunaan staples dan paku payung inilah yang menjadi perhatian orang tua maupun tenaga pengajar. Pasalnya, staples dan paku payung yang runcing dan berserakan di lantai ketika membuat gasing dapat mengenai kaki seseorang sehingga luka.
Tidak hanya itu, ujung staples dan paku payung yang runcing dan tajam juga bisa melukai tangan anak ketika membuat gasing.
Terlebih jika kedua benda logam itu sudah berkarat. Korban yang tertusuk di kaki maupun terluka di bagian tangan dan tidak segera ditangani dapat mengalami risiko infeksi.
Ciri-ciri risiko infeksi itu meliputi luka terasa nyeri atau kemerahan yang parah, pendarahan yang tidak berhenti dan demam serta menggigil.
2. Mengganggu aktivitas belajar
Banyak tenaga pengajar mengeluhkan tren gasing penghapus ini membuat siswa tidak fokus dalam belajar. Pasalnya, tidak sedikit siswa yang membuat gasing penghapus ini di tengah jam pelajaran.
Hal ini pun disinyalir akan menjadi perhatian pemerintah salah satunya Dinas Pendidikan Wilayah II Jakarta Pusat. Selain itu, diketahui juga beberapa sekolah sudah melarang siswa membawa maupun membuat gasing penghapus.
3. Boros
Alih fungsi penghapus menjadi gasing banyak dikeluhkan karena dianggap mubazir dan membuang uang. Pasalnya, anak-anak akan membeli banyak penghapus dan digunakan tidak sesuai fungsinya.
Contohnya, satu gasing membutuhkan empat penghapus yang direkatkan dengan staples dan paku payung. Tidak hanya itu, ada juga siswa yang membuatnya dari delapan penghapus maupun lebih.
Meskipun penjual alat tulis merasa untung dengan maraknya pembelian penghapus tetapi orang tua akan merasa sangat berat dengan pengeluaran yang berlebihan terkait alat tulis tersebut.
Demikian bahaya gasing penghapus yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat dan kreativitas anak-anak dapat terus dikembangkan tanpa unsur-unsur yang membahayakan.
(glo/fef)