Kesaksian Warga Myanmar usai Gempa: Bau Mayat Memenuhi Udara

1 day ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Bau busuk muncul di Kota Sagaing usai gempa magnitudo 7,7 mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3) dan menewaskan ribuan orang. 

Bau busuk diduga muncul dari timbunan korban tewas yang terperangkap di bawah reruntuhan bangunan yang hancur di kota tersebut.

"Sekarang dengan setiap hembusan angin, bau mayat memenuhi udara," kata Thar Nge, warga Sagaing, kota yang paling dekat dengan episentrum gempa bumi dilansir dari Al Jazeera, Senin (31/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada titik ini, lebih banyak mayat yang ditemukan daripada yang selamat," imbuh dia.

Jembatan Ava yang dibangun sekitar 90 tahun lalu selama pemerintahan kolonial Inggris, merupakan salah satu dari banyak infrastruktur dan bangunan yang runtuh ketika gempa terjadi.

"Tim penyelamat dari Mandalay tidak dapat menjangkau kami segera karena jembatan runtuh. Itulah sebabnya mereka baru tiba hari ini," kata Thar Nge.

Ia kini kehilangan harapan untuk menemukan putranya dalam keadaan hidup. Thar Nge mengatakan banyak orang di kota itu telah kehilangan orang yang mereka cintai.

Sepengetahuan Thar Nge, hampir 90 jenazah telah ditemukan sejauh ini, berbanding dengan 36 orang yang diselamatkan dari rumah yang rata dengan tanah, bisnis, dan sejumlah kuil Buddha di daerah tersebut.

"Banyak orang, serta biksu dan biarawati di Sagaing, telah terperangkap di bawah bangunan, termasuk biara dan biarawati," katanya

Kini, fokus tim bergeser dari penyelamatan yang hidup ke pengambilan dan penguburan yang mati.

Di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu yang terletak 22 km (14 mil) di sebelah timur, kekurangan peralatan khusus.

Hal itu membuat petugas penyelamat dan keluarga korban yang terjebak menggali dengan tangan kosong untuk menemukan korban selamat.

Selain kerusakan di mana-mana, listrik padam di sebagian besar Mandalay dan Sagaing. Kedua kota itu juga dilanda suhu setinggi 39 derajat celsius (102 derajat Fahrenheit) pada Minggu (30/3).

Seorang warga, Ko Lin Maw yang putus asa tidak dapat berbuat banyak selain menunggu bantuan di rumahnya yang roboh di Mandalay.

"Ibu saya dan kedua putra saya masih terjebak di bawah reruntuhan," katanya.

Menurutnya, beberapa tim penyelamat di Mandalay memprioritaskan lokasi bencana yang lebih besar di mana banyak orang diyakini terjebak.

"Jumlah petugas penyelamat jelas tidak cukup untuk menyelamatkan korban," katanya.

Ia menyesalkan 48 jam telah berlalu sejak gempa melanda, namun jumlah pekerja darurat maupun pasokan bantuan yang memadai belum mencapai kota.

Petugas pemadam kebakaran Myanmar Htet Wai tiba di Mandalay pada Minggu pagi dari ibu kota komersial negara itu, Yangon, yang terletak 627 km (390 mil) di selatan.

Dengan komunikasi yang sangat terhambat, layanan telepon seluler hampir tidak berfungsi dan koneksi internet yang buruk, Htet Wai menceritakan timnya mengandalkan informasi yang diunggah di Facebook untuk menentukan di mana bantuan mereka paling dibutuhkan.

"Pagi ini, begitu kami tiba, kami pergi ke lokasi yang kami temukan secara daring," kata Htet Wai.

Namun, upaya penyelamatan pertama mereka berakhir dengan ditemukannya jenazah.

Htet Wai mengatakan ia dan rekan-rekannya akan tetap berharap meskipun situasinya sangat buruk.

"Dengan suhu panas ini, saya khawatir kami akan menemukan lebih banyak jenazah daripada yang selamat. Namun, kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa," katanya.

Ia mengatakan selain kebutuhan petugas penyelamat yang lebih terampil dan peralatan berat untuk memindahkan puing-puing, ada kebutuhan mendesak untuk kantong jenazah.

Htet Wai mengatakan jenazah yang telah meninggal dan masih terperangkap di bawah bangunan membusuk dengan cepat

"Jenazah yang kami temukan sudah membusuk. Sungguh memilukan. Ini di luar kemampuan kami sendiri," katanya.

(yoa/dna)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Korea International