Israel Hancurkan Rumah Sakit Terakhir di Gaza yang Berfungsi Penuh

1 day ago 6

Jakarta, CNN Indonesia --

Serangan udara Israel pada Minggu (13/4) pagi waktu setempat menghancurkan sebagian rumah sakit terakhir yang berfungsi penuh di Kota Gaza, Palestina, saat militer Negeri Zionis itu memperluas dan mengintensifkan kampanyenya di seluruh wilayah.

Tidak ada korban yang dilaporkan dari serangan itu, tetapi gereja Anglikan di Yerusalem, yang mengelola rumah sakit Baptis Al-Ahli bahwa mengatakan seorang anak laki-laki dengan cedera kepala meninggal dalam evakuasi pasien yang tergesa-gesa.

Dikatakan bahwa rumah sakit itu hanya menerima peringatan 20 menit sebelum serangan udara Israel sehingga terpaksa membawa pasien ke jalan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa bagian rumah sakit, termasuk ruang gawat darurat dan area penerimaan, mengalami kerusakan parah. Menurut video yang diterima oleh CNN, ada juga kerusakan pada Gereja St Philip, yang bersebelahan dengan rumah sakit.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tanpa memberikan bukti mengklaim bahwa mereka telah menyerang "pusat komando dan kontrol yang digunakan oleh Hamas" dalam serangan itu.

IDF berkilah langkah-langkah telah diambil sebelum serangan itu untuk mengurangi kerugian bagi warga sipil. Hamas membantah tuduhan bahwa rumah sakit itu digunakan untuk keperluan militer.

Militer Israel memperluas operasi daratnya jauh ke Gaza, menciptakan zona penyangga besar antara Jalur Gaza dan wilayah Israel dan mendorong ratusan ribu warga sipil ke daerah yang semakin kecil di pantai Mediterania.

Di selatan, militer Israel mengumumkan telah merebut koridor Morag, memutus Rafah dari wilayah Gaza lainnya. Pada Minggu malam, kementerian pertahanan mengatakan IDF telah "menyelesaikan pendudukan poros Morag" dan bahwa wilayah perbatasan utara di Gaza juga diperluas sebagai bagian dari "zona keamanan" Israel.

"Tujuan utamanya adalah untuk memberikan tekanan berat pada Hamas agar kembali ke garis besar pembebasan sandera - dan semakin Hamas bersikeras dalam penolakannya, semakin intensif aktivitas IDF," kata Menteri Pertahanan Israel Katz, seperti dilansir CNN.

Secara keseluruhan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 400.000 orang telah diperintahkan untuk pindah selama tiga minggu terakhir, dengan rumah sakit sering digunakan sebagai tempat berlindung selama konflik. Seorang pasien di rumah sakit Baptis Al-Ahli, Mohammed Abu Naser, mengatakan kepada CNN bahwa dia masih berada di dalam rumah sakit saat serangan terjadi.

"Kami menduga kami semua akan meninggal di dalam rumah sakit. Saya tidak mendapatkan perawatan atau apa pun saat ini. Kami tidak punya pilihan selain bepergian ke luar negeri untuk berobat," ucap Abu Naser.

Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa rumah sakit tersebut ditutup sementara dan mengarahkan orang-orang ke tiga rumah sakit lainnya.

Keuskupan Yerusalem mengutuk serangan tersebut dan mengatakan bahwa selain kerusakan pada unit gawat darurat, Laboratorium Genetika dua lantai juga dihancurkan. Keuskupan mengatakan bahwa ini adalah kelima kalinya rumah sakit tersebut diserang sejak Oktober 2023.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan apotek rumah sakit yang sekarang "tidak beroperasi" itu juga hancur dan terpaksa memindahkan 50 pasien ke rumah sakit lain, sementara 40 pasien kritis tidak dapat dipindahkan. Direktur Rumah Sakit Fadel Naim mengatakan anak yang meninggal selama evakuasi dikarenakan "kekurangan oksigen dan alami kedinginan yang parah."

Ketika fasilitas kesehatan di Gaza mengalami tekanan karena kekurangan obat-obatan dan peralatan, WHO mengatakan bahwa dua misi ke Al-Ahli dan rumah sakit Indonesia telah ditolak oleh otoritas Israel.

Dalam sebuah posting di X, organisasi tersebut mengatakan rumah sakit di Gaza sangat membutuhkan, namun akses kemanusiaan yang menyusut menghalangi kemampuan WHO untuk memasok kembali dan mencegah pasien menerima perawatan yang menyelamatkan nyawa dengan aman.

(wiw)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Korea International