CNN Indonesia
Selasa, 20 Mei 2025 14:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Sebelum bertemu di final Europa League, Kamis (22/5) dini hari, Tottenham Hotspur sudah terbiasa mengalahkan Manchester United musim ini.
All English final terjadi dalam laga puncak Europa League. Dua kesebelasan yang tidak asing bakal saling bersaing berebut piala.
Baik Spurs dan MU bakal mati-matian meraih kemenangan untuk melipur lara musim yang karut marut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
The Lilywhites dan The Red Devils sama-sama menjadi penghuni papan bawah di Premier League. Keduanya jadi pesakitan. Tottenham menempati peringkat ke-17 dan MU di posisi ke-16.
Di balik deret kekalahan MU terdapat hasil mengecewakan melawan Tottenham.
Bruno Fernandes dan kawan-kawan kalah dua kali dari Tottenham dalam ajang Premier League.
Pada pertemuan pertama yang berlangsung akhir September 2024, MU kalah tiga gol tanpa balas saat menjamu tamu asal London. Ketika itu MU masih berada di bawah arahan Erik Ten Hag.
Brennan Johnson membuka keunggulan Spurs. Fernandes kemudian mendapat kartu merah pada menit-menit akhir babak pertama. Pada babak kedua giliran Dejan Kulusevski dan Dominic Solanke yang membobol gawang Andre Onana.
Sementara pada pertemuan kedua, yang berlangsung di Stadion Tottenham Hotspur, tuan rumah menang 1-0 berkat gol James Maddison.
Selain kalah 'bolak-balik' di ajang liga, MU juga tak berdaya menghadapi Spurs di ajang Piala Liga.
Menjelang Natal, Spurs mengalahkan MU dalam duel sengit babak perempat final Piala Liga. Spurs unggul tiga gol lebih dulu melalui sepasang gol Solanke dan satu gol Kulusevski.
Joshua Zirkzee dan Amad Diallo kemudian memangkas jarak. Son Heung Min lantas membuat Spurs menjauh lagi. Jonny Evans kemudian mencetak gol pada menit akhir. Skor 4-3 untuk Spurs menjadi hasil akhir.
Tiga kemenangan atas MU pada musim ini bisa menjadi modal penting bagi Tottenham. Di sisi lain MU bisa menjadi underdog dan justru mengambil keuntungan dari situasi tersebut.
(nva/jal)