Harga Minyak Dunia Menguat Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed

2 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak mentah dunia naik tipis mendekati level tertinggi dalam dua pekan pada Senin (8/12), didorong ekspektasi pasar jelang keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) soal suku bunga.

Pasar memprediksi The Fed memangkas suku bunga acuannya pekan ini. Kebijakan itu dinilai dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.

Selain itu, pasar juga mencermati risiko geopolitik yang mengancam pasokan minyak dari Rusia dan Venezuela.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kontrak berjangka Brent naik 9 sen atau 0,14 persen menjadi US$63,84 per barel. Sementara West Texas Intermediate AS (WTI AS) menguat 8 sen atau 0,13 persen ke level US$60,16 per barel.

Data London Stock Exchange Group (LSEG) menunjukkan pasar kini memperkirakan 84 persen peluang The Fed akan memangkas suku bunga sebesar seperempat poin.

Namun, komentar sejumlah anggota dewan gubernur The Fed mengindikasikan rapat suku bunga pekan ini bisa menjadi salah satu yang paling 'terbelah' dalam beberapa tahun terakhir. Karena itu, arah kebijakan bank sentral AS akan menjadi sorotan utama investor.

Di Eropa, pembicaraan kesepakatan damai Rusia-Ukraina masih tak jelas. Perdebatan mengenai jaminan keamanan untuk Kyiv dan status wilayah yang kini dikuasai Rusia, belum menemui titik temu.

AS dan Rusia juga memiliki pandangan berbeda terhadap proposal perdamaian yang diajukan pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

"Dorongan terbaru Trump untuk mengakhiri perang bisa memicu perubahan pasokan minyak lebih dari 2 juta barel per hari, tergantung hasilnya," tulis analis ANZ, dikutip Reuters, Selasa (8/12).

Analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar menilai gencatan senjata menjadi risiko utama turunnya harga minyak, sementara kerusakan berkepanjangan pada infrastruktur energi Rusia dapat menjadi faktor pendorong kenaikan harga.

"Kami memperkirakan kekhawatiran kelebihan pasokan pada akhirnya akan terbukti, terutama ketika aliran minyak Rusia berhasil memutar jalur untuk menghindari sanksi yang ada. Harga minyak kemungkinan akan kembali mendekati US$60 per barel hingga 2026," ujar Dhar.

AS juga meningkatkan tekanan terhadap Venezuela, anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC), termasuk lewat serangan terhadap kapal yang diklaim Trump menyelundupkan narkoba, serta wacana aksi militer untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.

Dari Asia, sejumlah kilang independen di China mengebut pembelian minyak Iran yang sedang dikenai sanksi oleh AS. Tiongkok memanfaatkan kuota impor baru dan stok yang tersimpan di tangki darat. Langkah China ini membantu meredakan kelebihan pasokan di pasar.

[Gambas:Video CNN]

(pta)

Read Entire Article
Korea International