Jakarta, CNN Indonesia --
OceanX bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) resmi memulai ekspedisi laut dalam untuk meneliti rangkaian gunung laut Sulawesi. Wilayah ini dikenal sebagai salah satu wilayah paling terpencil dan paling jarang diteliti di kawasan Indo-Pasifik.
Misi ini akan berlangsung dari Desember hingga Januari dan bertujuan untuk mengungkap dinamika geologi, keanekaragaman hayati, serta proses ekosistem yang saling berinteraksi di bawah Cincin Api Pasifik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misi ini merupakan kelanjutan dari temuan penting melalui misi OceanX-BRIN pada 2024 yang berhasil memetakan lima gunung laut di bagian utara Sulawesi yang sebelumnya tidak pernah teridentifikasi.
Misi terbaru ini diperkuat dengan melibatkan tim ilmiah yang lebih besar, cakupan penelitian yang lebih luas, dan perangkat eksplorasi yang lebih canggih untuk menghasilkan dataset laut dalam terlengkap yang pernah dimiliki Indonesia.
Co-CEO dan Chief Scientist OceanX Vincent Pieribone menyatakan bahwa ekspedisi ini membuka kesempatan besar untuk memahami wilayah laut dalam Indonesia yang selama ini hampir sepenuhnya belum terdokumentasikan.
"Gunung laut dapat membentuk arus, menjadi rumah bagi spesies langka, dan menjadi batu loncatan kehidupan di laut dalam. Dari ratusan gunung di perairan Indonesia, hanya sedikit yang telah dieksplorasi," katanya dalam sebuah keterangan, Rabu (3/12).
"Maka dari itu, kami berharap melalui kerja sama dengan BRIN dapat memberikan kita perspektif baru tentang bagaimana laut dalam Indonesia mendukung ekosistem lautnya yang lebih luas," tambahnya.
Sebelumnya, misi dimulai di Bitung dengan kegiatan edukasi bagi para pelajar dan pejabat pemerintah daerah, termasuk tur kapal.
Kapal riset OceanXplorer kini bergerak menuju lokasi penelitian untuk dua tahap riset. Tahap pertama penelitian berfokus pada pemanfaatan fitur geologi dan hidrotermal, di mana para peneliti akan melakukan pemetaan resolusi tinggi, survei visual, dan profil dasar laut untuk memahami struktur vulkanik serta formasi tektonik laut dalam.
Tahap kedua dari misi ini disebut akan meneliti keanekaragaman hayati dan dinamika ekologi gunung laut menggunakan ROV (kendaraan kendali jarak jauh), kapal selam, pengambilan sampel DNA lingkungan, serta instrumen oseanografi yang akan digunakan untuk mendokumentasikan sebaran spesies, keterhubungan antar habitat, dan struktur ekosistem.
Penggunaan teknologi AI SeaSwipe OceanX dalam ekspedisi ini dapat mendukung proses anotasi gambar secara cepat sehingga para peneliti dapat memetakan spesies dan habitat secara real time.
Lebih lanjut, dataset ilmiah yang dihasilkan selama misi ini diharapkan dapat berkontribusi pada perencanaan tata ruang laut, penilaian risiko geologi, serta penetapan garis dasar keanekaragaman hayati untuk wilayah Sulawesi Utara.
Data ini juga diharapkan akan memberikan bukti yang dapat mendukung riset lanjutan, proyek nasional, dan perencanaan jangka panjang pemerintah Indonesia.
(lom/dmi)

















































