Bank Nobu Bersuara soal Tuduhan Teror ke Pembeli Meikarta Telat Cicil

6 hours ago 6

Jakarta, CNN Indonesia --

PT Bank Nationalnobu Tbk (Bank Nobu) buka suara soal tuduhan teror yang mereka lakukan ke pembeli Meikarta saat melakukan penagihan. 

Corporate Secretary Bank Nobu Mario Satrio membantah tuduhan tersebut. Ia mengklaim dalam melakukan penagihan, Bank Nobu selalu berupaya menjaga komunikasi yang sopan terhadap nasabahnya.

"Dalam melakukan penyelenggaraan transaksi, termasuk pelayanan kepada Nasabah, Nobu Bank tidak pernah melakukan teror atau menekan nasabah/ debitur dalam melakukan penagihan," katanya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Komunikasi dengan nasabah/debitur sehubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian kredit baik melalui media SMS, telepon, email maupun tatap muka senantiasa dilakukan dengan mengedepankan norma kesopanan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku," tambahnya.

Krishna, seorang istri sekaligus pembeli apartemen Meikarta, 'curhat' diteror Bank Nobu karena sengaja tak membayar cicilan unitnya yang tak kunjung berbentuk alias mangkrak.

Ia bercerita bersama suaminya yang bernama Panus membeli unit seharga Rp480 juta dengan tenor cicilan 10 tahun. Pasutri itu tadinya berharap bisa segera menempati hunian dengan luas 70 meter persegi.

"Kami sudah bayar (cicilan) setiap bulan. Karena kalau enggak bayar, kami pasti akan kena BI checking, nama kami jelek. Saya pernah sengaja menunggak karena saya selalu bayar tepat waktu. Saya ditelepon, diteror, kayak saya yang salah gitu," ungkapnya di Kantor Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait, Jakarta Pusat, Senin (21/4).

"Dari banknya (meneror), 'Ibu bayar, ini terlambat'. Saya bilang, saya selalu bayar setiap bulan tidak pernah terlambat, tetapi kenapa saya selalu diundur-undur (serah terima unit)? Customer-customer yang lain juga tidak pernah dapat unit, tanpa kejelasan." curhat Krishna kepada sang menteri.

Krishna mengaku telah mencicil hingga tahun ke-8. Bahkan, uangnya dan suami sudah ludes sampai Rp680 juta-Rp700 juta untuk disetor kepada bank terkait.

Ia juga membeberkan sempat meminta restrukturisasi kepada perbankan, tapi tak disetujui. Padahal, Krishna memohon-mohon hal tersebut ketika tengah mengandung sang anak.

"Pada saat itu, bukannya kami tidak mau membayar, minta keringanan juga tidak diperbolehkan. Ekonomi tadinya kami pikir akan stabil, menjadi tidak. Kesehatan fisik terganggu, kesehatan mental juga, karena saya dan suami hampir selalu tiap hari beradu pendapat tentang ini (Meikarta)," jelasnya.

"Saya (meminta) balik uang saja, pak. Because we don't believe Meikarta," timpal suami Khrisna.

[Gambas:Video CNN]

Keluhan serupa juga datang dari Triyanto. Ia menegaskan masih harus membayar cicilan apartemen Meikarta, meski unitnya tak kunjung jadi dan diberikan padanya.

Pria yang akrab disapa Tri itu sudah mencicil apartemen Meikarta sejak akhir 2017. Namun, tak mendapat kepastian hingga tahun kedelapan mengangsur.

"Bunganya masih saya bayar, pak. Kalau enggak (dibayar), BI checking saya akan jelek," ucap Tri pasrah.

(agt/agt)

Read Entire Article
Korea International