Apa yang Terjadi di Australia Sampai Demo Besar Pecah Bak di Nepal-RI?

2 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Unjuk rasa meletus di sejumlah wilayah Australia pada Sabtu (13/9) lalu, di mana ribuan orang berkumpul dari berbagai kelompok untuk membawa sejumlah tuntutan.

Demo ini terjadi secara sporadis, terutama di kota-kota besar seperti Melbourne, Sydney, Brisbane, Adelaide, dan Perth.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Polisi dari berbagai negara bagian diterjunkan untuk mengamankan aksi unjuk rasa ini. Aparat membawa perlengkapan anti huru-hara, termasuk semprotan merica.

Apa yang terjadi di Australia?

Demo di berbagai wilayah Negeri Kanguru diinisiasi oleh sejumlah kelompok aktivis yang berbeda.

Kelompok-kelompok tersebut di antaranya Free Palestine Coalition, Rally Against Racism, Save Australia, hingga Australia Unites against Government Corruption.

Dilansir dari ABC Net, kelompok-kelompok ini pada dasarnya membawa tuntutan yang berbeda. Seperti misalnya Australia Unites dan Save Australia yang menentang tindak korupsi di tubuh pemerintahan, biaya hidup tinggi, migrasi massal, digital ID, hingga sensor internet.

Sementara itu, seperti namanya, kelompok Free Palestine Coalition berunjuk rasa untuk membela rakyat Palestina yang hingga kini masih di bawah agresi brutal Israel.

Di sisi lain, ada pula kelompok anti-rasisme dan anti-fasisme yang dipimpin aktivis masyarakat adat yang memprotes serangan neo-Nazi pada Camp Sovereignty di Melbourne pada 31 Agustus 2025. Serangan yang melukai sejumlah orang itu terjadi saat demo March for Australia digelar beberapa waktu lalu untuk memprotes imigrasi.

Di Brisbane, negara bagian Queensland, sejumlah pengunjuk rasa juga membawa spanduk dengan tulisan "RIP Charlie Kirk". Charlie Kirk adalah tokoh konservatif Amerika Serikat sekaligus loyalis Presiden AS Donald Trump yang tewas ditembak saat sedang jadi pembicara di Utah Valley University (UVU) pada Rabu (10/9).

Pemberian penghormatan untuk Kirk ini juga terjadi di Adelaide dan Perth. Para pedemo mengheningkan cipta untuk tokoh yang dikenal anti-Muslim tersebut.

Di Perth, selain memberi penghormatan untuk Kirk, para pedemo juga menyuarakan sentimen anti-pemerintah dan anti-vaksinasi. Beberapa topik yang diserukan juga meliputi kebebasan berbicara serta anti-imigrasi.

Aksi unjuk rasa di Australia sendiri berujung panas di sejumlah wilayah. SBS News melaporkan bentrokan terjadi di Melbourne, Victoria, di mana sekitar 2.500 orang dari berbagai kelompok diperkirakan berkumpul di kota tersebut.

Polisi Victoria disebut bentrok dengan pengunjuk rasa Kedaulatan Adat di dekat Stasiun Flinders saat berusaha memindahkan mereka.

Menurut keterangan seorang pedemo, aparat menyemprotkan capsicum atau merica di wajah salah satu demonstran.

"Kami diblokir tiga kali oleh Polisi Victoria," kata seorang pedemo kepada wartawan, seperti dilansir ABC.

"Mereka membawa pasukan berkuda dan semua polisi anti huru-hara ke arah kami. Aparat pengaman untuk March for Australia hanya dua baris, sementara kami sampai empat baris," lanjutnya.

"Polisi mendorong orang-orang kami dan mulai menjadi agresif," imbuh dia.

Menurut Polisi Victoria, seorang pria 29 tahun ditangkap dalam aksi tersebut karena diduga merusak fasilitas dengan grafiti. Namun, pria itu kini telah dibebaskan.

Demo panas juga terjadi di Sydney, New South Wales (NSW). Polisi NSW memperkirakan sekitar 3.500 orang yang terdiri dari beberapa kelompok berkumpul di kota tersebut.

Polisi menyatakan pria berusia 50 tahun telah ditangkap karena melanggar ketenangan selama aksi unjuk rasa. Seorang operator drone juga diberi peringatan karena mengoperasikan pesawat nirawak di area terlarang.

Menurut NSW Ambulance, dua orang dirawat dalam aksi unjuk rasa ini. Meski begitu, tak ada yang mengalami cedera serius.

(blq/rds)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Korea International