Alasan Kampus Muhammadiyah Dilarang Beri Gelar Profesor Kehormatan

1 week ago 13

CNN Indonesia

Jumat, 11 Apr 2025 14:17 WIB

Ketum PP Muhammadiyah memberi alasan pihaknya melarang PTMA ikut-ikutan kasih gelar profesor kehormatan. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir. (CNN Indonesia/Tunggul)

Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir melarang seluruh perguruan tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah (PTMA) untuk memberikan gelar profesor kehormatan kepada siapa pun.

Haedar mengungkap alasan pihaknya melarang 'obral' gelar profesor kehormatan. Salah satunya adalah terkait profesi dan institusi.

"Pesan kami dari PP Muhammadiyah, PTMA jangan ikut-ikutan kasih gelar profesor kehormatan, karena profesor itu melekat dengan profesi dan institusinya, karena itu jabatan," katanya saat memberi sambutan dalam acara Pengukuhan Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Jebul Suroso sebagai Guru Besar Bidang Manajemen Keperawatan, di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (10/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati belum ada surat keputusan tentang hal itu, dia mengharapkan, pesan tersebut dianggap sebagai perintah Ketua Umum PP Muhammadiyah demi muruah dan kekuatan PTMA.

Dia menyebut hingga saat ini seluruh perguruan tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah di seluruh Indonesia telah memiliki total 431 profesor.

"Dengan bertambahnya guru besar, harus berdampak signifikan bagi kualitas keunggulan dan peran strategis perguruan tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah," katanya.

Haedar menyoroti pentingnya PTMA meningkatkan kualitas dan kontribusi terhadap masyarakat. Pasalnya masih banyak perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia, termasuk PTMA belum ada yang mampu menembus daftar 200 peringkat universitas dunia.

"Universitas Indonesia itu di (peringkat) 206, selebihnya ada yang 400, 300, 500, dan di bawah 1.000, PTMA di 1.200-an. Malaysia ada tiga yang masuk 200 ranking dunia, Universiti Malaya di 65, kemudian Universiti Putra Malaysia di 158, dan Universiti Kebangsaan Malaysia di 159, Singapura jelas masuk," katanya.

"Jadi bahwa kita harus bekerja keras hanya untuk masuk standar world university rankings, artinya bahwa biarpun di dalam negeri kita merasa besar, tapi di konteks dunia kita ketinggalan," imbuh Haedar.

(kid/gil)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Korea International