CNN Indonesia
Jumat, 25 Apr 2025 09:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Terumbu karang dunia memasuki periode terburuk dengan pemutihan yang mencapai 80 persen dari total populasi di seluruh dunia.
Terumbu karang di setidaknya 82 negara telah terpapar pemanasan yang membuatnya memutih. Data dari Coral Reef Watch milik pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan pemutihan ini terjadi sejak Januari 2023.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terumbu karang dikenal sebagai "hutan hujan" dari lautan, karena konsentrasi biodiversitas yang menopang hidup sekitar sepertiga dari semua spesies laut dan satu miliar orang.
Total 84 persen terumbu karang terpapar panas pada peristiwa keempat yang sedang berlangsung ini. Sebelumnya, sebanyak 68 persen terumbu karang memutih pada peristiwa ketiga yang berlangsung dari tahun 2014 hingga 2017; sebanyak 37 persen pada peristiwa kedua di 2010; dan 21 persen pada peristiwa pertama di 1998.
Derek Manzello, direktur Coral Reef Watch, menyebut terumbu karang yang dianggap oleh para ilmuwan sebagai tempat perlindungan dari peningkatan suhu panas lautan bahkan telah memutih.
"Fakta bahwa begitu banyak daerah terumbu karang yang terkena dampak, termasuk daerah yang dianggap sebagai tempat perlindungan dari panas seperti Raja Ampat dan Teluk Eilat, menunjukkan bahwa pemanasan lautan telah mencapai tingkat di mana tidak ada lagi tempat yang aman dari pemutihan karang dan akibat-akibatnya," katanya, dikutip dari The Guardian.
Banyak daerah telah mengalami pemutihan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk sistem terumbu karang terbesar di dunia, Great Barrier Reef di Australia. Pada pekan lalu, otoritas setempat mengumumkan kejadian pemutihan yang meluas untuk keenam kalinya dalam kurun waktu sembilan tahun.
Terumbu karang yang terdaftar sebagai Warisan Dunia Australia lainnya di sepanjang pesisir Ningaloo, Australia Barat, mengalami tingkat paparan panas tertinggi yang pernah tercatat dalam beberapa bulan terakhir.
Para ilmuwan di sisi lain Samudra Hindia telah melaporkan pemutihan dalam beberapa minggu terakhir yang mempengaruhi terumbu karang di lepas pantai Madagaskar dan pantai Afrika timur, termasuk taman iSimangaliso wetland park yang terdaftar sebagai Warisan Dunia di Afrika Selatan.
Britta Schaffelke dari Australian Institute of Marine Science dan koordinator Global Coral Reef Monitoring Network (GCRMN) mengatakan bahwa kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya.
"Dengan pemutihan yang sedang berlangsung, hampir tidak mungkin bagi orang untuk melakukan pemantauan (terumbu karang) yang perlu mereka lakukan," katanya.
"Fakta bahwa peristiwa pemutihan karang berskala global yang terbaru ini masih terus berlangsung membawa terumbu karang dunia ke periode yang belum pernah terjadi," tambahnya.
(lom/dmi)