Jakarta, CNN Indonesia --
Brasil tengah menjadi sorotan menyusul operasi besar-besaran polisi menangkap geng narkoba Red Command di Rio de Janeiro telah menewaskan 132 orang.
Ratusan orang yang tewas mayoritas terdiri dari tersangka geng narkoba tersebut dan sejumlah aparat polisi yang gugur saat bertugas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Selasa (28/10) dini hari, polisi negara bagian Rio de Janeiro melancarkan operasi antinarkoba yang menyasar dua favela atau permukiman kumuh di Complexo da Penha dan Complexo do Alemao.
Kepolisian mengeklaim operasi ini telah direncanakan selama berbulan-bulan untuk mengatasi masalah narkotika yang terus menggerogoti Rio de Janeiro.
Berikut fakta-fakta operasi antinarkoba polisi Brasil yang menewaskan ratusan orang.
1. Kerahkan 2.500 aparat hingga helikopter
Sebanyak 2.500 aparat bersenjata lengkap dikerahkan dalam operasi antinarkoba ini. Aparat terdiri dari anggota kepolisian hingga militer.
Polisi juga mengerahkan dua helikopter, 32 kendaraan lapis baja, dan 12 kendaraan pembongkar untuk menghancurkan barikade yang dibangun para pengedar narkoba. Geng narkoba sengaja mendirikan barikade guna mencegah polisi memasuki jalan-jalan sempit di favela.
Aparat melancarkan operasi ini dengan menunggu di area hutan, tempat sebagian besar pembunuhan terjadi. Operasi ini berujung chaos setelah geng narkoba membalas tembakan ke arah pasukan pemerintah.
Dikutip Al Jazeera, sekolah-sekolah ditutup, termasuk universitas setempat. Toko-toko dan jalanan di kedua distrik juga ditutup pada Rabu (29/10).
2. Sasar geng Comando Vermelho
Penggerebekan ini ditujukan untuk menyetop ekspansi geng narkoba bernama Comando Vermelho (Komando Merah).
Comando Vermelho merupakan salah satu organisasi kriminal tertua di Brasil yang didirikan di penjara Rio pada tahun 1970-an.
Dalam beberapa tahun terakhir, geng ini berkembang pesat dan kini menguasai seluruh wilayah Brasil, termasuk Amazon.
Kegiatan kriminalnya meliputi perdagangan narkoba, perdagangan senjata, dan pemerasan.
3. Jenazah dijejer di jalan
Pada Rabu, warga Penha berkumpul di samping puluhan jenazah yang dibaringkan di sebuah alun-alun dan menuntut keadilan atas tewasnya sanak keluarga mereka.
Aksi ini tak berlangsung lama karena otoritas forensik datang untuk mengambil jenazah-jenazah tersebut.
4. Tanpa koordinasi pusat
Menurut Menteri Kehakiman Brasil Ricardo Lewandowski, Presiden Luiz Inácio Lula da Silva terkejut atas operasi antinarkoba polisi di Rio. Pasalnya, pemerintah federal tak diberi tahu dan tak diminta untuk bekerja sama.
Gubernur Negara Bagian Rio, Claudio Castro, sementara itu mengatakan operasi antinarkoba ini merupakan keberhasilan karena sukses menyita 118 senjata dan satu ton narkoba. Castro pun menegaskan operasi ini masih akan terus berlangsung.
Hakim Agung Alexandre de Moraes telah memerintahkan Castro untuk memberikan informasi mengenai operasi polisinya dan menjadwalkan sidang dengan Castro serta kepala polisi militer dan sipil pada Senin (3/11) di Rio.
(rds/rds)


















































