Ternyata Ini Penyebab Lonjakan Kasus TBC di Indonesia

4 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus tuberkulosis (TBC) terbanyak kedua di dunia setelah India. Tren kasus TBC pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Dokter pun mengungkap penyebab lonjakan kasus TBC di Indonesia.

Menurut Global Tuberculosis Report 2024 yang diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati peringkat kedua negara dengan kasus TBC terbanyak di dunia. 

Menurut laporan tersebut, sepanjang tahun lalu tercatat 1.060.000 kasus TBC di Indonesia, dengan angka kematian mencapai 134 ribu jiwa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga mengonfirmasi lonjakan ini. Dalam periode 2024 hingga 17 Maret 2025 saja, kasus TBC telah mencapai 1.016.475, dengan total kematian sebanyak 23.858 pasien.

Dari angka tersebut, 855.420 kasus tercatat sepanjang 2024, dan 161.055 kasus terjadi hanya dalam tiga bulan pertama 2025.

Bila ditarik ke belakang, tren penemuan kasus TBC meningkat tajam sejak 2017, dari sekitar 446 ribu menjadi lebih dari dua kali lipat dalam kurun tujuh tahun.

Abai terhadap 'tanda bahaya'

Dokter spesialis paru Rumah Sakit Pelni, Erlang Samoedro mengungkapkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum cukup sadar terhadap gejala TBC. Orang seharusnya curiga TBC ketika mengalami batuk selama lebih dari dua minggu.

Sayangnya, banyak pasien menganggapnya sebagai batuk biasa dan memilih untuk tidak memeriksakan diri.

"Kadang pasien merasa batuk-batuk biasa, padahal sudah dua minggu lebih tidak sembuh. Ini seharusnya menjadi sinyal bahaya. Tapi justru sering diabaikan," ungkap Erlang saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (20/5).

Bukan hanya itu, tantangan terbesar lain dalam penanganan TBC adalah pasien tidak konsisten dalam menjalani pengobatan.

Proses pengobatan TBC memang memerlukan waktu yang cukup panjang, minimal enam bulan. Namun, banyak pasien berhenti berobat setelah merasa tubuhnya mulai membaik.

Waspada! 5 Asupan Ini Picu Batuk Berdahak yang Bikin Tak NyamanIlustrasi. Dokter memperingatkan agar tidak abai terhadap gejala TBC berupa batuk. Batuk selama lebih dari dua minggu sudah termasuk 'tanda bahaya' yang tidak boleh diabaikan. (Getty Images/Dheo Tegar Pratama)

"Begitu merasa sudah enakan, banyak yang berhenti minum obat. Padahal, kuman TBC belum sepenuhnya mati. Ini bisa membuat kuman jadi kebal obat dan makin sulit disembuhkan," tegasnya.

Erlang juga mengingatkan bahwa TBC bukan hanya persoalan individu, melainkan ancaman kesehatan masyarakat. Penyakit ini sangat menular, terutama jika tidak ditangani dengan baik.

Penularan bisa terjadi di dalam rumah, kepada anak, pasangan, atau orang tua, hingga di ruang-ruang publik seperti transportasi umum.

Menurutnya, peningkatan kasus TBC yang terus terjadi menunjukkan bahwa masih ada celah besar dalam kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit ini. Diperlukan edukasi menyeluruh dan dukungan sosial agar pasien tidak merasa sendiri dalam menjalani pengobatan panjang.

"Inilah mengapa penting untuk menjalani pengobatan sampai tuntas. Kalau tidak, bukan hanya dirinya yang sakit, tapi bisa menularkan ke banyak orang," kata Erlang.

(tis/els)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Korea International