Jakarta, CNN Indonesia --
Kenaikan harga cabai yang merata di berbagai daerah sejak awal Desember membuat banyak pelaku usaha kuliner rumahan harus kembali menyesuaikan langkah.
Di tengah lonjakan permintaan menjelang libur akhir tahun dan musim hujan yang berdampak pada pasokan, cabai rawit kini berkisar Rp60.861 per kilogram (kg) secara nasional, sementara di sejumlah wilayah harganya bahkan tembus Rp200 ribu per kg, menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS).
Di dapur kecil milik Lidya (33), penjual sambal kecombrang dan sambal cumi, kenaikan harga kali ini terasa lebih berat karena melonjak lebih dari dua kali lipat dibanding awal November.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terakhir aku beli itu di Rp110 ribu per kg untuk cabai rawit dan Rp80 ribu per kg untuk cabai keriting keriting, sebelumnya cuma Rp50 ribu yang cabai rawit, Rp45 ribuan yang keriting," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (12/12).
Dalam seminggu sekali produksi, ia membutuhkan 5-7 kg cabai untuk memenuhi pesanan pelanggan. Kenaikan harga berimbas pada omzet karena ia memilih mempertahankan kualitas sambal.
"Aku enggak mau kurangin komposisi daganganku, jadi ya lebih pasrah untungnya berkurang aja," kata Lidya.
Baginya, kenaikan harga cabai sudah seperti siklus tahunan. Musim hujan dan hari besar selalu menjadi titik-titik kritis yang membuat cabai meroket. Ia memperkirakan harga masih akan bertahan tinggi dalam waktu dekat.
"Sampai tahun depan sih sepertinya masih mahal, soalnya abis tahun baru nanti ada Imlek dan lanjut puasa," ujar Lidya.
Di tempat lain, Yessica (30) yang berjualan aneka balado mengambil pendekatan berbeda. Setiap kali membuka pre-order, ia membutuhkan 4-5 kg cabai. Kenaikan harga hingga Rp100 ribu per kg membuatnya harus menyesuaikan harga jual.
"Biasanya konfirmasi ke pelanggan kalau ada penyesuaian pricelist sesuai harga bahan di pasaran," ujarnya.
Menu baladonya kini berada di kisaran Rp60 ribu-Rp95 ribu. Bagi Yessica, penyesuaian harga bukan hanya soal menutupi kenaikan biaya bahan baku, tetapi juga menjaga keberlangsungan usaha.
Ia menyadari momentum akhir tahun memang selalu menghadirkan pola yang sama: permintaan meningkat, harga cabai ikut naik.
"Biasanya menjelang hari-hari besar yang demand-nya tinggi," tuturnya.
Di tengah lonjakan harga tersebut, BPS mencatat semakin banyak daerah yang terdampak.
Pada pekan pertama Desember, 261 kabupaten/kota mengalami kenaikan harga cabai rawit, naik dari 98 daerah pada minggu sebelumnya. Kenaikan harga cabai merah juga meluas, terjadi di 257 kabupaten/kota.
Dengan kondisi itu, para pelaku usaha kuliner rumahan tetap berusaha menyesuaikan diri. Ada yang memilih merelakan margin menipis, ada yang melakukan penyesuaian harga secara terbuka.
Namun, satu hal yang sama, dapur mereka tetap menyala. Pelanggan masih datang, sambal dan balado tetap tersedia, dan harapan akan harga cabai yang stabil, meski sebentar, tetap dijaga agar usaha kecil mereka terus bertahan.
(del/sfr)


















































