Jakarta, CNN Indonesia --
Seorang seniman Jepang membuat karya seni kover untuk surat kabar The New York Times berupa lukisan merah putih yang merupakan warna bendera Indonesia.
Lukisan itu dibuat terkait dengan laporan demonstrasi berujung kerusuhan yang terjadi di berbagai lokasi di Indonesia dan menewaskan Affan Kurniawan pada 29 Agustus 2025.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seniman bernama Sho Shibuya juga mengunggah hasil karyanya tersebut di akun Instagram miliknya pada Minggu (31/8), sehari setelah kover tersebut terbit pada 30 Agustus 2025.
Unggahan tersebut memantik komentar dari netizen Indonesia. Banyak yang mengucapkan terima kasih atas kepedulian Sho terkait situasi di Indonesia.
Dalam laman pribadinya, Sho Shibuya adalah seniman asal Jepang yang tinggal di Brooklyn, New York. Pria tersebut mengkhususkan diri dalam karya yang mengeksplorasi konsep waktu dan menciptakan rekaman visual dan emosional.
"Seri lukisan saya berawal dari sebuah meditasi sederhana, lahir dari rasa gelisah dan pengamatan akan kontras antara kekacauan di berita dan ketenangan alami di luar jendela saya," tulisnya dalam laman tersebut.
"Dari situlah saya terus melukis dan mengeksplorasi emosi serta reaksi saya terhadap berita tersebut. Dalam hal ini, proyek ini tak pernah selesai."
Perenungan Sho Shibuya terlihat dari hasil karyanya yang sebagian besar memiliki tema serupa, seperti semburat campuran sejumlah warna yang menghasilkan gradasi indah dan emosional.
Pada karyanya yang lain untuk The New York Times, Sho Shibuya banyak bermain dengan campuran warna kontras, seperti oranye dengan jambon, atau gradasi ungu, perak, abu, hitam, dan oranye.
Sementara untuk edisi kover berita kerusuhan di Indonesia, Sho Shibuya memilih warna merah dan putih yang menjadi warna bendera Indonesia dengan efek noise menyebar, terutama di warna merahnya.
Selain itu, Sho Shibuya juga membuat batas warna merah dan putih dengan efek gradasi seolah-olah bergerak dan dinamis, yang dengan efek noise yang ia berikan, seolah menggambarkan gejolak yang terjadi di Indonesia.
Gelombang demonstrasi terjadi di berbagai wilayah Indonesia bermula dari protes kebijakan tunjangan bagi anggota DPR, ditambah dengan sikap dan pernyataan anggota dewan yang dianggap tidak peka terhadap situasi rakyat Indonesia yang terhimpit ekonomi.
Tewasnya Affan Kurniawan kemudian membuat berbagai kelompok sipil menuntut reformasi kepolisian, pembentukan tim investigasi kematian Affan, tidak ada kriminalisasi demonstran, transparansi anggaran untuk anggota dewan, pemeriksaan anggota dewan yang bermasalah, pemecatan kepada kader partai yang tidak etis, dialog publik bersama mahasiswa dan masyarakat sipil.
Selain itu ada juga tuntutan untuk pembebasan demonstran yang ditahan, penghentian tindakan represif oleh kepolisian dan penaatan SOP pengendalian massa, transparansi proses hukum terhadap pelanggaran HAM, hingga menuntut setop campur tangan militer dalam keamanan, dan upah layak untuk butuh serta pencegahan PHK massal.
Namun aksi ini dimanfaatkan sejumlah massa tak dikenal untuk memicu kerusuhan dan perusakan bangunan dan fasilitas publik di berbagai kota.
Presiden Prabowo pada 29 Agustus 2025 memberikan sejumlah pernyataan, mulai dari mengajak masyarakat menyampaikan aspirasi dengan cara damai, pelaku anarkisme dan penjarahan bisa ditindak tegas, meminta polisi dan tentara melindungi masyarakat, transparansi pelanggaran oleh polisi.
Kemudian ada penonaktifan anggota dewan yang membuat pernyataan keliru, pimpinan DPR mencabut tunjangan anggota dan moratorium kunjungan kerja ke luar negeri, pimpinan DPR akan mengundang tokoh masyarakat dan mahasiswa untuk berdialog, serta meminta masyarakat untuk tetap tenang dan menjaga persatuan.
Tak lama kemudian, sejumlah anggota dewan dinonaktifkan sebagai anggota DPR oleh partai setelah dianggap membuat masyarakat marah dengan pernyataan mereka, yakni Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach dari Partai NasDem, Uya Kuya dan Eko Patrio dari PAN, dan Adies Kadir dari Golkar.
(end)