Pakar Beber Sebab Banjir Bandung, Bukan Cuma soal Penurunan Tanah

3 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dwi Sarah mengungkapkan masalah penurunan muka tanah atau land subsidence hanya satu dari banyak faktor penyebab banjir di wilayah Bandung.

Hal itu disampaikan menyikapi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyinggung penurunan tanah yang menjadi masalah penyebab banjir di Bandung. Ia bahkan menyatakan permukaan Bandung sudah di bawah laut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Land subsidence hanya salah satu faktor penyebab, penyebab banjir multi-faktor (topografi, system drainase, perubahan tata guna lahan, curah hujan tinggi, land subsidence, dll)," kata Sarah kepada CNNIndonesia.com, Jumat (12/12).

Menurut Sarah, pernyataan Dedi kemungkinan salah ucap. Ia sendiri mengapresiasi Gubernur Jabar tersebut yang menyadari adanya penurunan muka tanah.

Sarah menjelaskan bahwa cekungan Bandung dulunya adalah danau purba yang besar. Oleh karena itu, tanah bagian bawahnya sebagian besar merupakan endapan danau dan endapan dataran banjir.

[Gambas:Video CNN]

"Endapan danau sebagian besar tersusun oleh endapan butir halus (lempung dan lanau), permeabilitas sangat rendah, artinya air sulit meresap," jelasnya.

"Dahulu banyak rawa/situ tempat retensi air, sekarang alih lahan jadi pemukiman, dan seterusnya," tambahnya.

Sarah mengatakan penurunan muka tanah memperparah banjir. Penurunan muka tanah yang tidak merata secara spasial dapat membentuk depresi atau mangkok di permukaan, sehingga air sulit mengalir.

Penurunan yang tidak merata juga disebutnya dapat menyebabkan perbedaan segmen juga bisa menyebabkan kerusakan jalur drainase.

Jika dibandingkan dengan wilayah yang penurunan muka tanahnya sering disorot, seperti di jalur pantai utara, Sarah menilai tingkat penurunan muka tanah di Bandung sama tingginya.

Ia mencontohkan salah satu wilayah di Pantura, yakni Semarang. Semarang memiliki rentang penurunan muka tanah bervariasi antara 1-160 milimeter per tahun, sedangkan Bandung berada di rentang 1-200 milimeter per tahun.

Wilayah seperti Semarang terlihat lebih parah karena lokasinya yang berada di pesisir, terpengaruh langsung oleh banjir rob, dan kenaikan muka air laut.

"Semakin turun muka tanah, air laut semakin mudah masuk ke darat. Selain interaksi dengan air laut, kawasan pantura juga rentan banjir akibat curah hujan tinggi, double trouble," katanya.

(lom/chri)

Read Entire Article
Korea International