Laporan Pembunuhan Petugas Medis Gaza, Israel Disebut Bohongi Publik

4 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Palestine Red Crescent atau dikenal juga dengan sebutan Bulan Sabit Merah Palestina dengan tegas menolak laporan hasil investigasi militer Israel yang menyalahkan "kegagalan operasional" atas tewasnya 15 petugas layanan darurat di Gaza.

Juru bicara Bulan Sabit Merah, Nebal Farsakh, menyebut laporan itu "penuh kebohongan, tidak sah, dan tak bisa diterima," menukil AFP.

Laporan militer yang dirilis pada Minggu (20/4) itu mengakui ada kesalahan yang menyebabkan kematian para petugas, dan menyebut seorang komandan lapangan akan dipecat. Namun, laporan tersebut tetap menyatakan tidak ada bukti penembakan sembarangan dan mengklaim sebagian korban merupakan anggota Hamas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para petugas medis itu gugur saat merespons panggilan darurat di dekat Rafah, Gaza selatan, pada 23 Maret lalu, di tengah ofensif baru Israel. Insiden tersebut menuai kecaman internasional dan kekhawatiran pelanggaran hukum perang dari Komisaris HAM PBB, Volker Turk.

Laporan militer Israel menyebut adanya pelanggaran prosedur, kegagalan melapor, serta keputusan keliru di lapangan. Mayor Jenderal (Cadangan) Yoav Har-Even, pemimpin investigasi, mengakui telah terjadi kesalahan, namun menyangkal bahwa ini adalah praktik umum.

Menurut data dari PBB dan tim penyelamat Palestina, korban terdiri dari 8 staf Bulan Sabit Merah, 6 anggota badan penyelamat sipil Gaza, dan 1 staf UNRWA. Jenazah mereka baru ditemukan seminggu kemudian, terkubur bersama kendaraan mereka di pasir Tal al-Sultan, Rafah. PBB menyebut lokasi itu sebagai "kuburan massal".

Presiden Bulan Sabit Merah di Tepi Barat, Younis al-Khatib, mengatakan hasil autopsi menunjukkan semua korban ditembak di bagian atas tubuh, mengarah pada niat untuk membunuh. Tuduhan ini dibantah oleh militer Israel.

Mereka bersikeras tidak ada korban yang dieksekusi atau diborgol, dan menyatakan bahwa penembakan dilakukan untuk merespons ancaman nyata. Mereka juga mengklaim enam dari korban kemudian diidentifikasi sebagai anggota Hamas, meski tidak ditemukan senjata di tubuh para korban.

Laporan juga mencatat bahwa setelah insiden, militer menyebut kendaraan korban tampak mencurigakan dan melaju tanpa lampu. Namun, rekaman video dari ponsel salah satu korban menunjukkan ambulans berjalan dengan lampu menyala dan sirene aktif, bertolak belakang dengan klaim militer.

Militer mengakui adanya kegagalan pelaporan, tapi menolak tuduhan upaya menutup-nutupi kejadian tersebut. "Kami tidak berbohong," kata juru bicara militer, Effie Defrin.

Namun, Farsakh mengungkapkan bahwa pihaknya dilarang mengakses lokasi selama lima hari setelah kejadian. Sementara itu, seorang petugas medis selamat namun ditahan oleh militer Israel tanpa penjelasan jelas. "Jika ini benar-benar kesalahan, mengapa paramedisnya masih ditahan?" ujarnya.

Menurut militer, ada tiga insiden penembakan hari itu. Salah satunya menyasar kendaraan PBB karena "kesalahan operasional". PBB mencatat bahwa tim penyelamat yang mencari rekan-rekannya juga diserang satu per satu selama beberapa jam setelahnya.

(tis/tis)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Korea International