Jaksa: Pencuri Museum Louvre Bukan Profesional, Cuma Maling Kelas Teri

7 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Perampokan siang bolong di Museum Louvre Paris bulan lalu, yang membuat sejumlah perhiasan bersejarah senilai 88 juta euro atau sekitar Rp1,7 triliun, raib ternyata dilakukan pelaku kriminal kecil alias maling kelas teri.

Jaksa Paris Laure Beccuau menyampaikan bahwa perampokan Museum Louvre di Paris, Prancis, tidak terkait dengan profesional dari dunia kejahatan yang terorganisir.

Pada hari Minggu (19/10) dua pekan lalu, dua pria memarkir lift pemindahan di luar Louvre, naik ke lantai dua, memecahkan jendela, membobol vitrin dengan gerinda sudut, lalu kabur menggunakan sepeda motor yang dikendarai dua kaki tangan dalam aksi yang berlangsung kurang dari tujuh menit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut otoritas hukum Paris, dengan tiga dari empat tersangka perampok kini diduga telah ditangkap dan perhiasan masih hilang, profil para pencuri itu tidak mirip geng profesional ala film 'Ocean's Eleven', melainkan kriminal kecil dari pinggiran utara Paris yang keras.

"Ini bukan delinkuensi sehari-hari... tapi jenis delinkuensi yang biasanya tidak kami kaitkan dengan jenjang atas kejahatan terorganisir," ujar jaksa Paris Laure Beccuau kepada radio franceinfo, seperti dilansir France24.

Tersangka 'Warga Lokal'

Ia menambahkan, profil empat orang yang telah ditangkap sejauh ini, termasuk pacar salah satu perampok, tidak khas untuk profesional kejahatan terorganisir yang mampu menjalankan operasi rumit.

"Mereka jelas warga lokal. Semuanya tinggal di Seine-Saint-Denis atau sekitarnya," katanya, merujuk pada kawasan berpenghasilan rendah di utara Paris.

Media Prancis berspekulasi bahwa mereka adalah perampok amatir, karena mereka menjatuhkan perhiasan paling berharga, mahkota Permaisuri Eugenie dari emas, zamrud, dan berlian, saat kabur, meninggalkan alat dan barang lain di lokasi, serta gagal membakar truk pemindahan sebelum melarikan diri.

Seminggu setelah perampokan, polisi menangkap dua pria yang diduga sebagai pelaku pembobolan Louvre: seorang keturunan Aljazair berusia 34 tahun yang tinggal di Prancis sejak 2010 dan ditahan saat hendak naik penerbangan ke Aljazair, serta pria 39 tahun yang sudah dalam pengawasan yudisial atas pencurian berat.

Beccuau menyebut, keduanya tinggal di Aubervilliers, Paris utara, dan "sebagian mengakui" keterlibatan mereka. Dua tersangka lain, pria 37 tahun dan wanita 38 tahun, ditangkap pada 29 Oktober dan didakwa pada Sabtu (25/10) lalu.

Satu Orang Masih Buron

Beccuau mengatakan pria 37 tahun itu diduga bagian dari kelompok empat orang yang melakukan perampokan, berdasarkan DNA yang ditemukan di truk pemindahan.

Ia memiliki catatan 11 vonis kriminal untuk berbagai pelanggaran, termasuk pelanggaran lalu lintas, pencurian berat, dan percobaan pembobolan mesin ATM.

Dia menambahkan, pria itu berpacaran dengan wanita 38 tahun dan mereka punya anak bersama, serta ia dan salah satu dari dua pria lain yang ditangkap pernah divonis atas perampokan yang sama pada 2015.

Jejak DNA wanita itu juga ditemukan di truk pemindahan, tapi Beccuau bilang jejak itu tampaknya dipindahkan ke truk, mungkin oleh orang atau benda yang kemudian dimasukkan ke kendaraan.

Kantor jaksa sendiri menyatakan pada Sabtu lalu bahwa keduanya membantah terlibat dalam perampokan. Namun, otoritas itu yakin tiga dari empat perampok telah ditangkap dan setidaknya satu orang masih buron.

Dia juga tidak menutup kemungkinan adanya kaki tangan lain. Namun, tiga orang yang ditangkap bersama pasangan itu pada 29 Oktober lalu telah dibebaskan tanpa dakwaan, menurut kantor jaksa pada Sabtu lalu.

[Gambas:Video CNN]

(wiw)

Read Entire Article
Korea International