Hujan Ekstrem Guyur Indonesia, BMKG Ungkap Penyebabnya

7 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Hujan ekstrem mengguyur sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi ini diperkirakan bakal berlangsung hingga beberapa hari ke depan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap peningkatan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia saat ini dipicu oleh suhu muka laut yang lebih hangat dari rata-rata dan aktifnya monsun Asia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua faktor utama ini dinilai berperan besar dalam memperkuat proses pembentukan awan hujan di atmosfer, yang pada akhirnya meningkatkan potensi hujan lebat di banyak daerah.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan kondisi atmosfer dan laut saat ini menunjukkan anomali yang signifikan, sehingga masyarakat perlu mewaspadai dampaknya terhadap cuaca ekstrem.Menurutnya, suhu muka laut di perairan Indonesia kini tercatat berkisar antara 0,5 hingga 3 derajat Celsius lebih hangat dari kondisi normal.

Dwikorita menambahkan penyebab utama curah hujan meningkat karena suhu muka laut yang lebih tinggi.

"Suhu muka laut yang lebih tinggi akan memperkuat proses penguapan dan meningkatkan pembentukan awan hujan. Ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan curah hujan meningkat di berbagai wilayah," kata Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu (1/11), melansir Antara.

Kondisi tersebut semakin diperkuat aktifnya angin monsun Asia yang mulai bertiup sejak awal November. Angin monsun ini membawa massa udara lembab dari Samudra Hindia menuju wilayah Indonesia, sehingga memperkaya kandungan uap air di atmosfer.

Kombinasi antara suhu laut hangat dan monsun aktif membuat pembentukan awan hujan semakin intens dan luas.

BMKG juga mengonfirmasi bahwa potensi hujan lebat akan lebih tinggi di beberapa wilayah, terutama di Jawa bagian barat dan tengah, Sumatera bagian barat, serta Kalimantan bagian barat. Wilayah-wilayah tersebut termasuk dalam zona dengan potensi tinggi terjadinya hujan ekstrem yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan, dan longsor.

Lebih lanjut, Dwikorita menyebutkan bahwa fenomena La Niña lemah turut menjadi faktor tambahan yang memperpanjang periode musim hujan tahun ini. Fenomena tersebut sudah terdeteksi sejak Oktober dan diperkirakan akan bertahan hingga Maret 2026.

"Indeks La Niña saat ini berada di kisaran minus 0,61, sudah melewati ambang La Niña lemah. Kondisi ini akan memperpanjang musim hujan dan meningkatkan frekuensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di beberapa wilayah," ujarnya.

BMKG memperkirakan puncak musim hujan tahun ini akan terjadi pada periode November 2025 hingga Februari 2026. Karena itu, Dwikorita mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi.

BMKG mengingatkan masyarakat agar selalu memantau perkembangan cuaca melalui kanal resminya dan meningkatkan kewaspadaan. Sinergi antara pemerintah daerah, lembaga penanggulangan bencana, dan masyarakat dinilai penting untuk menghadapi potensi bencana di musim hujan kali ini.

(wpj/dmi)

Read Entire Article
Korea International