Denpasar, CNN Indonesia --
Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng, Bali, Ida Bagus Gde Surya Bharata mengungkapkan alasan ratusan siswa bisa lolos dari tingkat Sekolah Dasar (SD) ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Buleleng walaupun belum bisa membaca.
Bharata mengatakan salah satunya karena Pandemi Covid-19, sehingga tidak dilakukan tes dan seleksi siswa yang lulus dari SD naik tingkat SMP di Buleleng.
"Mereka itu ada yang terdampak Covid-19 kemarin. Jadi pada SMP kelas 7, 8 dan 9 kan tiga tahun, kalau ditarik ke belakang mereka kan kena (dampak) Covid-19 di saat itu. Itulah dampak sebagian kecil," kata dia saat dihubungi, Rabu (16/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi tidak ada tes itu, kalau memang sudah dikatakan lulus oleh SD-nya mereka SMP menerima. Setelah itu baru ketahuan setelah mereka mengikuti pelajaran, apalagi SMP itu sifatnya kan pengembangan," tambahnya.
Selain itu, sebagian siswa SMP ada juga yang mengalami disleksia bawaan sejak lahir hingga disabilitas.
"Penyebabnya, kurangnya motivasi belajar itu 45 persen, pembelajaran tidak tuntas itu 5 persen, disleksia 19 persen, disabilitas 10 persen, dan kurang dukungan keluarga atau orang tua 21 persen," katanya.
"Siswa yang masuk ke sekolah tahun sebelum ini, itu sekolah tidak bisa memilih ataupun menyeleksi siswa yang bersekolah. Karena apapun kondisi siswa itu harus diterima saat PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) kemarin, sekolah tidak boleh menolak siswa," tambahnya.
Kemudian, setelah diketahui bahwa ada siswa masuk kategori Tidak Bisa Membaca (TBM) dan Tidak Lancar Membaca (TLM), pihak sekolah-sekolah SMP di Kabupaten Buleleng, melalukan inovasi untuk mengatasi hal itu dengan membuat kelas khusus dengan membuat program literasi dan melakukan pendampingan kepada siswa.
Awalnya ada sekitar 400 lebih siswa SMP di Buleleng masuk kategori TBM dan TLM. Namun setelah pihak sekolah membuat program khusus, berkurang menjadi 363 siswa TBM dan TLM.
"Jadi itu sudah dilakukan, kalau sebelumnya ada mungkin lebih dari 400 (siswa). Dari sekolah ini sudah melakukan upaya-upaya itu," ujarnya.
Ke depan, pihaknya akan mendata para siswa yang masuk kategori TBM dan TLM untuk diberikan pendamping khusus agar bisa membaca, menulis dan menghitung (Calistung).
Sebelumnya, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng, Bali, mencatat ada sebanyak 363 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tidak lancar membaca dan tidak bisa membaca, baik dari sekolah swasta maupun negeri di Kabupaten Buleleng.
Dari 363 siswa itu dibagi dua kategori yaitu sebanyak 155 siswa SMP masuk dalam kategori Tidak Bisa Membaca (TBM) dan 208 siswa masuk kategori Tidak Lancar Membaca (TLM). Sementara itu, dari 363 siswa itu ada siswa laki-laki sebanyak 283 orang dan siswa perempuan 73 orang.
Total seluruh siswa SMP di Kabupaten Buleleng ada sebanyak 34.062 orang dan yang masuk kategori TBM dan TLM ada 363 siswa.
"Jadi presentase-nya dari 34 ribu sekian siswa SMP di Buleleng yang kemampuan membaca rendah itu 0,011 persen," imbuhnya.
Kemudian, dari 363 siswa yang masuk kategori TBM dan TLM itu tersebar di 60 sekolah SMP swasta dan negeri di Buleleng.
(kdf/dal)